Oleh : Lisa Tjut Ali
Sering kali kami
berpapasan dengan lelaki itu. Lelaki gondrong itu selalu berjalan dengan anjing
hitam kesayangannya. Dibiarkannya anjing itu bergerak lincah tanpa diikat.
Ketika melihat kami, lelaki itu segera memanggil anjing hitam itu kearahnya,
anjing itu seperti sudah mengerti isyarat, segera mendekat dan merapat ke
tuannya. Lelaki itu segera memengang erat anjingnya dan tersenyum ramah kearah
kami sambil menyapa '' hallo, guten morgen'' . '' Morgen '' jawab kami membalas
sapanya.
Di hari yang lain
ketika saya asyik berbincang dengan suami, tanpa sadar di simpang lorong, dalam
arah yang berlawanan anjing hitamnya telah berlari kearah kami, dengan cepat
lelaki itu pun segera mengalihkan anjing itu agar tidak terkena kami. Lelaki
itu seperti mengerti kalau kami menghindar terkena anjing, tanpa perlu kami
beri tahu.
Suami saya bukan lelaki
yang suka membincangkan perihal orang lain, apalagi jika tanpa saya tanya.
namun hari ini dari ceritanya, saya dapat memahami, betapa nyamannya suami bila
berhadapan atau bertemu dengan lelaki gondrong itu, bukan saja suami, saya pun
merasa sangat nyaman dengan kehadiran lelaki itu.
Lelaki gondrong yang
sekilas terlihat misterius itu adalah tetangga kami, walau kami berbeda agama,
berbeda negara, namun ia sangat toleransi. Nyaman sekali rasanya punya tetangga
seperti dirinya. Kini saya dapat memahami kenapa dalam islam mengajarkan
berbuat baik dengan tetangga, karena dengan adanya tetangga yang baik dan
pengertian, jiwa kita merasa tenang, walau hanya berupa sapaan, senyuman atau
lambaian tangan dari kejauhan, akan tetap menjadi semangat kala kita kembali ke
rumah. namun saya tak dapat membayangkan jika mendapatkan tetangga yang tidak
baik, suka menganggu, tentu saja saya akan merasa tidak nyaman. Allhamdulillah,
karena Allah menganugrahi kami tempat tinggal dengan tetangga yang baik.
“Di antara kebahagiaan seorang muslim di dunia adalah tetangga yang baik, rumah yang luas dan kendaraan yang menyenangkan.” (HR. Ahmad dan Al-Hakim)
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Demi Allah, tidak beriman. Demi Allah, tidak beriman. Demi Allah, tidak beriman!” Nabi ditanya, “Siapa, wahai Rasulullah?” Nabi menjawab,”Yaitu orang yang tetangganya tidak merasa tentram karena perbuatannya.” (HR. Bukhari-Muslim)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada tiga kelompok manusia yang dicintai Allah… — disebutkan diantaranya– Sesorang yang mempunyai tetangga, ia selalu disakiti (diganggu) oleh tetangganya, namun ia sabar atas gangguannya itu hingga keduanya dipisah oleh kematian.” (HR. Ahmad)
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:“Sebaik-baik sahabat di sisi Allah adalah mereka yang terbaik kepada sahabatnya, dan sebaik-baik tetangga di sisi Allah adalah yang terbaik kepada tetangganya.”(HR. at-Tirmidzi, Ahmad dan ad-Darimi, dari sahabat ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-’Ash radhiyallahu ‘anhuma)
At-Thabrani meriwayatkan dari Jabir r.a., dari Nabi Muhammad saw. bersabda:“Tetangga itu ada tiga macam: tetangga yang hanya memiliki satu hak, yaitu orang musyrik, ia hanya memiliki hak tetangga. Tetangga yang memiliki dua hak, yaitu seorang muslim: ia memiliki hak tetangga dan hak Islam. Dan tetangga yang memiliki tiga hak, yaitu tetangga, muslim memiliki hubungan kerabat; ia memiliki hak tetangga, hak Islam dan hak silaturrahim.”
Semoga kelah saya punya sebuah rumah yang bertetangga muslim memiliki
hubungan kerabat agar memiliki 3 hak ini : hak tetangga, hak Islam dan hak
silaturrahim
( * Catatan dan renungan