Dulunya
ini adalah salah satu snack kegemaran saya dan ayah. Bukan permen dan juga
bukan kue ringan tapi sejenis buah-buahan khas cina yang dibuat seperti
manisan. Tak ada merek dibungkusannya, hanya ada tulisan cina yang sampai
sekarang tidak saya ketahui artinya apa. Namun dikalangan masyarakat terkenal dengan nama manisan buah
kana. Satu bungkus terdiri dari 3 butir buah manisan. Waktu saya
masih kanak-kanak, ayah selalu membelikannya untuk saya. Dulu manisan ini
banyak terdapat di toko-toko peunayong. Saya menyukai snack ini, selain rasanya
yang seperti permen nano (asam, manis, asin), bungkusannya juga sangat menarik
yaitu warna-warni. Terakhir ayah membeli manisan ini
ketika saya kelas 3 smp. Setelah itu manisan ini menjadi langka di Aceh.
Beberapa bulan yang lalu, saat
jalan-jalan di Kuala Lumpur, saya menemukan snack ini. Seperti menemukan
sebongkah emas, bahagianya tak terkira, saya pun membelikannya untuk kejutan
buat ayah. Saya yakin ayah pasti terharu karena sudah bertahun-tahun tidak
menikmati manisan ini lagi.
Saat berkesempatan balik ke Aceh.
Setelah membagi-bagikan semua
oleh-oleh untuk ponakan, saya pun menghampiri ayah untuk menyerahkan sebuah
bungkusan yang telah saya bungkus dengan rapi, ayah begitu sangat terkejut
ketika membuka bungkusan dan melihat manisan tersebut, ditatapnya manisan
tersebut dan saya silih berganti, terlihat jelas matanya berkaca-kaca karena
terharu.
“Ayah inilah manisan yang dulu sering
ayah belikan waktu saya kecil, sekarang saya membelikannya untuk ayah"
ujar saya sambil membuka manisan tersebut dan menyuapkannya ke ayah. Ayah
menikmati manisan tersebut sambil menahan keharuan. Saya dan ayah seakan
terbawa pada memori saat saya kanak-kanak. Masa dimana saya suka merajuk untuk
dibelikan beberapa bungkus manisan agar semua warna saya miliki.
Ponakan saya yang melihat manisan dan
reaksi kami menjadi bingung. Ya tentu saja mereka bingung, karena mereka tidak
pernah mengerti tentang memori yang tersimpan dari sebungkus manisan tersebut.
Hanya saya dan ayah yang tahu betapa bahagianya saya dan ayah dahulu menikmati
manisan tersebut.
Terima kasih ayah karena telah
memberi masa kanak-kanak yang indah untuk saya. Manisan ini menjadi memori yang
takkan pernah saya lupa bahwa sesibuk apapun ayah dulunya, selalu meluangkan
masa untuk bersama saya.
Pengalaman ini seakan mengajari saya
tentang betapa pentingnya waktu dan kebersamaan dengan keluarga terutama
anak-anak. Setiap apapun yang orang tua berikan
untuk anak-anak akan menjadi memori yang akan terus dikenang oleh anak disepanjang
pendewasaannya. Jika orang tua sentiasa mewarnai masa kecil anak mereka dengan
kasih sayang dan perhatian maka memori indah itulah yang akan terbekas dalam
ingatannya. Namun sebaliknya jika orang tua sentiasa memperlakukan anak dengan
kasar dan keras, maka tak dapat dipungkiri memori masa kecilnya yang kelam akan
terus membayanginya hingga dewasa. Tak jarang anak-anak tersebut tumbuh menjadi
sosok individu yang keras, kurang ceria dan suka membuli orang lain, karena
trauma masa kecilnya yang mendapat kekerasan dari orang tua.
Dari Abu Hurairah RA berkata: Rasulullah saw menciumi Al Hasan bin Ali, di hadapan Al Aqra’ bin Habis At Tamimiy yang sedang duduk. Lalu Al Aqra’ berkata: Sesungguhnya aku memiliki sepuluh anak, dan aku belum pernah menciumi seorang pun. Lalu Rasulullah saw memandanginya dan bersabda: “Barang siapa yang tidak menyayangi maka tidak akan disayangi” (HR. Al Bukhari)