Oleh : Lisa Tjut Ali
Saya
anak ketiga dari empat bersaudara. Terlahir dari keluarga yang berdarah
Aceh. Meski Saya dibesarkan dalam
keluarga yang ekonomi papasan dan hidup sangat sederhana, namun orang tua saya
sangat memprioritaskan pendidikan bagi anak-anaknya. Bagi orang tua saya, masa
depan dapat diperbaiki dengan pendidikan dan ilmu. orang tua saya selalu
mengiginkan anak-anaknya mendapatkan pendidikan yang lebih baik dari dirinya
agar dapat mengapai kehidupan yang lebih baik, tak heran jika sejak kecil
sampai sekarang Saya mendapatkan pendidikan yang baik berkat dukungan dari
keluarga. Begitu banyak pengalaman saat perjuangan sekolah dulu, ada kisah suka
maupun duka semua kini terukir sebagai kenangan terindah yang tak akan
terlupakan sampai kapan pun. Iseng-iseng saya buka laci lemari buku. Di
sana masih tersimpan rapi diari muslimah teratai biru berisikan memori-memori
yang saya jalani. Lama juga Saya tak membacanya. Saya coba buka lembaran awal. Saya
bacakan setiap lembarannya seakan-akan Saya kembali ke masa silam.
Masa-Masa Ingusan Dan Belajar Dibangku TK Pemda Bersama Ibu
Ketika berumur 5 tahun
orang tua memasukan Saya kesekolah taman kanak-kanak Pemda Aceh yang letaknya
tidak jauh dari rumah. Kenangan saat di sekolah TK sangat banyak. Setiap pagi
ibu selalu mengantar saya ke TK bahkan tak jarang selalu duduk di samping
hingga selesai sekolah. Saat TK Saya sangat penakut dan selalu menangis jika
ditinggal ibu, alhasil ibu selalu ikut sekolah TK juga bersama Saya.
Guru kegemaran saya
saat sekolah Tk adalah bu Linda. Beliau menurut saya adalah guru yang terbaik
dan lembut, sehingga Saya hanya mau diajak bermain dan belajar didampingi bu
Linda. Bahkan begitu diantar ibu di pintu gerbang TK, Saya akan masuk jika
ditunggu bu linda, dan Saya baru mau pulang jika sudah berebutan berjabat
tangan dengan beliau. Saya hanya mau ke kamar kecil jika didampingi beliau.
Pernah suatu kali Saya ngompol di
celana menahan pipis karena menunggu bu Linda, padahal saat itu tidak ada bu
Linda dan Saya tidak mau ditemani guru yang lain. Saat sudah menjadi rutinitas
saat tiba masa istirahat setiap anak-anak mengumpulkan sepotong kue secara
sukarela untuk dibagikan kepada para guru atau teman-teman yang tidak bawa kue.
setiap pagi Saya selalu membawa kue lebih untuk dikumpulkan, dari tempat duduk Saya
akan memperhatikan apakah bu Linda ada mengambil kue pemberian saya. Saya akan
cemberut bahkan tak jarang menangis jika kebetulan hari itu bu Linda tidak
mengambil atau makan kue dari saya.
Masa-masa bermain dan belajar dibangku SD Negeri 23
Setelah 2 tahun di TK
Pemda, Saya melanjutkan sekolah di SD negeri 23 Banda Aceh. Pada awal sekolah di SD Saya juga masih
diantar ibu, bahkan sampai sebulan ibu menemani saya sekolah, lama-kelamaan Saya
baru berani sekolah tanpa ditemani ibu. Jarak antara sekolah dengan rumahpun
tidak terlalu jauh, sehingga setiap hari Saya bersama dengan teman-teman ke
sekolah dengan berjalan kaki. Saat SD, Saya memiliki banyak teman, kemana saja
selalu kami lakukan secara berkumpulan. Kalau sudah berkumpul, banyak hal
konyol yang kami lakukan bersama, maklum dalam kumpulan kami terdiri dari
beberapa teman yang memiliki sifat yang beragam, ada teman yang pintar, ada
yang lucu, ada yang unik bahkan ada teman yang rada nakal dan usil, pokok nya
banyak hal konyol dan sedikit nakal yang kami lakukan.
Hal yang tak terlupakan
saat Saya SD dulu adalah saat pulang sekolah. Karena kami pulang kesekolah
secara berkumpulan, tak jarang kumpulan saya sering buat ulah dengan kumpulan
lain yang biasanya dari sekolah lain, maklum di komplek sekolah saya terdiri
dari 3 sekolah yaitu SDN 23, SDN 41 dan SDN 12. Pulang sekolah hal ternakal
kami buat adalah menjahilin teman lain sehingga tak jarang serang menyerang
sering terjadi. Alhasil kami pulang sambil kejar-kejaran. Saat itu Saya
ikut-ikutan teman, maklum masih kecil belum terlalu tahu mana yang baik dan
yang tak baik. Namun meski kami kumpulan yang usil, kami tidak pernah bolos
sekolah. Saya juga masih ingat, kalau pulang sekolah Saya juga sering terlambat
karena asyik menangkap ikan laga diparit-parit, maklum perjalanan sekolah
melalui banyak rawa dan parit, saat itu
jalan belum banyak teraspal, sehingga
tak jarang Saya selalu pulang sekolah dengan baju dan sepatu yang
berlumpur.
Hal yang ternakal yang
pernah Saya buat dengan teman-teman adalah saat jajan di kantin. Saat lonceng
istirahat berbunyi, biasanya para pelajar secara beramai-ramai menyerbu kantin.
Saat itu penjual hanya satu orang sementara pelajar yang jajan puluhan sehingga
yang terlihat hanya tangan-tangan mungil aja yang minta uang kembalian yang
disertai suara bising nyebutin jumlah
makanan yang dibeli. Saat itu teman saya yang rada nakal dan usil bikin aksi
konyol yang jelas sifatnya ini nggak
boleh ditiru dan merugikan penjual. Teman saya saat itu beli kue tanpa membayar
dan yang lebih konyol minta uang kembalian. Kami semua pun yang saat itu belum ngerti arti dosa sempat beberapa kali
ikut-ikutan. Tapi seiring dengan naiknya
kelas dan bertambahnya umur serta sudah tahu arti baik buruk, kegilaan itu pun
kami tinggalkan. Kini jika Saya jumpa teman-teman dan ingat kekonyolan dulu
sungguh memalukan dan nyaris mengundang tawa. memang masa sekolah banyak hal
yang tak terlupakan.
Kami juga sangat suka makan mie instan mentah
yang diberi bumbu (sarimi, indomie, pokoknya asal mie semua kami lahap).
Biasanya para pelajar putri membawa mie dari rumah dan waktu istirahat tiba
kami makan mie sambil pamer ke pelajar
putra. Bisa dikatakan mie jurus jitu untuk memikat pelajar putra.
Kebiasaan masa kecil dulu, pelajar putra sangat suka makan mie tapi mereka
tidak mau membawa atau membelinya, mereka lebih suka meminta-minta sambil antri
menandah tangan pada pelajar putri. Nah kesempatan ini dimanfaatkan pula oleh
pelajar putri untuk memikat pelajar putra idola mereka, tak terkecuali saya
yang saat itu juga punya idola tersendiri. Saat kecil dulu terutama masa-masa
SD tidak ada istilah pacaran, paling hanya suka-sukaan saja yang sekali- sekali disertai lirik-lirikan jarak
jauh sambil tersenyum sipu malu-malu
kucing.
Ketika kelas lima, Saya
dan kumpulan sangat fans dengan artis
remaja yang macho-macho dan cantik sehingga sudah jadi kebanggaan di antara
kami ngirim surat sahabat pena dengan artis, dan siapa yang dapat balasan surat
dengan tanda tangan dan foto si artis merupakan yang paling top. Saat itu Saya
pun ikut-ikutan kirim surat sahabat pena, banyak balasan surat yang Saya koleksi
saat kecil. Saat SD dulu Saya juga teringat pernah diberi hukuman berdiri depan
kelas dengan kaki satu, lalu kami baru diijinkan duduk setelah dijewer telinga
satu persatu. Kesalahan yang kami lakukan saat itu adalah mengejek ibu tiri
teman saya. Saat itu salah satu orang tua teman saya poligami, ia kurang senang
kalau orang tuanya nikah lagi, rumah ibu tirinya dekat dengan sekolah kami,
sehingga saat pergi sekolah kami melintasi rumah ibu tirinya. Saat melihat ibu
tirinya, teman saya mengejeknya dan kami semuapun ikut-ikutan mengejek. Orang tuanya
pun melapor ulah kami ke dewan guru, kebetulan saat itu kami sedang pelajaran
agama, alhasil kami sekelas disetrap depan kelas.
Bagi kami pelajar putri
yang tak terlupakan adalah saat kelas enam SD. Saat itu Saya dan beberapa teman
mendapatkan mentruasi pertama. Karena masih kecil dan belum mengerti, Saya jadi
ketakutan dan tak jarang diledek pelajar putra dengan sebutan bendera jepang.
Seragam sekolah saya selain mengunakan rok merah juga mengunakan rok berwarna
putih sehingga bila mentruasi tembus maka mirip seperti bendera jepang. Selain
kisah di atas, Saya juga punya kisah sedih,
karena Saya sadar dari keluarga yang sederhana, maka Saya terbiasa hidup
hemat, tak jarang Saya menyisakan setiap uang jajan pemberian ibu untuk membeli
barang-barang impian. Saat itu Saya yang masih lugu setiap hari menabung untuk
membeli adik, karena Saya ingin sekali punya adik seperti teman-teman yang
lain. Dulu saat Saya minta seorang adik, ibu selalu bilang belum ada uang, makanya
Saya selalu menabung. Allhamdulillah
cita-cita Saya tercapai, tidak lama kemudian Saya mempunyai seorang adik
laki-laki meski tabungan tetap utuh. Saya
sangat sayang dengan adik, mulai hari itu Saya selalu pulang cepat agar dapat
menjaga adik. Saya tidak lagi mencari ikan laga seperti dulu. Bahkan
teman-teman pun tidak lagi mencari ikan laga, mereka ikut bermain ke rumah
melihat adik saya.
Saya juga pernah merasakan ke sekolah dengan
sepatu yang koyak, bahkan tak jarang Saya menjahit sendiri ujung sepatu yang
koyak agar bisa sekolah. Sebenarnya orang tua selalu menuruti keinginan saya,
namun karena gaji orang tua saya papasan, Saya merasa kasihan saja jika
memberitahu orang tua bahwa sepatu sudah koyak. Sepatu memang cepat koyak
karena setiap hari Saya jalan kaki ke sekolah dengan melintasi jalan yang penuh
parit dan rawa, berbeda dengan sebagian teman-teman saya yang kesekolah selalu
diantar dengan mobil. Sebenarnya masih banyak kenangan saat SD dulu namun
terlalu panjang untuk diurai satu persatu.
Namun satu hal yang
membuat saya menangis atau jengkel yaitu ketika main lompat tali diganggu oleh
pelajar putra. Pelajar putra biasanya tidak main lompat tali tetapi mereka akan
mengelilingi tempat pelajar putri main lompat tali, hobi pelajar putra adalah
mengusilin atau menyorak pelajar putri yang sedang lompat tali dan tiba-tiba
jatuh hingga rok terangkat. Moment ini dijadikan kelucuan bagi pelajar putra,
sementara bagi pelajar putri ini suatu hal yang memalukan.
Masa-masa persahabatan dan belajar dibangku SMP Negeri 17
Lulus dari SD Negeri 23
Saya melanjukan sekolah di SMP Negeri 17 Banda Aceh. Saya memilih sekolah SMP Negeri 17 karena
alasan jaraknya yang dekat dengan rumah
sehingga bisa kesekolah dengan
jalan kaki dengan begitu Saya bisa hemat uang transportasi. SMP Negeri 17 ternyata SMP kejuruan. Di SMP
ada dua jurusan, yang pertama jurusan tata niaga belajar tentang perkomputeran,
perkantoran dan surat menyurat kayak ekonomi. Sedangkan yang kedua jurusan tata
boga yang meliputi bidang jahit-menjahit dan memasak. Saya memilih jurusan yang kedua karena Saya
hobi makan jadi pilih bidang memasak meskipun saya kurang hobi menjahit.
Di SMP ini belajar
pelajaran umum sama seperti sekolah lainnya. Hanya seminggu sekali ada
pelajaran khusus memasak dan menjahit. Saya sangat suka bila giliran praktek
memasak namun sangat kesal bila giliran praktek menjahit. Saya sangat suka jika
giliran praktek masak karena setiap pelajar dapat menikmati hasil masakannya
sendiri dan kumpulan lain.
Satu hal yang tak
terlupakan saat praktek memasak, waktu itu Saya satu kumpulan dengan teman yang
hobi makan dan badannya super gemuk. Saat praktek memasak kue coklat kacang
berlangsung, teman yang hobi makan tersebut menyimpan segengam kacang dalam
kantong celemek bajunya, dan Saya dengan beberapa teman yang lain pun ikutan
nyeludup kacang kekantong baju, tanpa diketahui guru secara sembunyi-sembunyi
kami memakan kacang tersebut, guru saya pun heran kenapa kacang semakin
berkurang. Lalu guru tata boga saya menyuruh Saya dan teman-teman untuk
mengambil lagi kacang yang tersimpan dilaci bawah, ketika teman saya
menundukkan kepalanya untuk membuka laci bawah, semua kacang dalam kantongnya
pun berserakkan jatuh ke lantai. Guru tata boga kami pun spontan terkejut dan
marah melihat ulah jahil kami yang menyimpan dan nyeludup kacang tanpa
sepengetahuannya. Alhasil hari itu kami ditugaskan mempraktek semua resep makanan tanpa diizinkan
memcicipi hasilnya, tragis dan menyedihkan sekali, bukan saja selera yang tertahan tapi liur
rasa mau membludak karena tidak dapat mencicipi kue coklat kacang buatan
sendiri.
Meski saat SMP Saya
sebagai ketua kelas namun sifat usil tetap saja saya lakukan dengan
teman-teman. Meski kumpulan saya terkenal usil namun tak mempengaruhi nilai
rapor saya. Saya selalu mendapat rangking 1 sampai 3 bahkan Saya terpilih
sebagai penerima beasiswa untuk melanjutkan SMU.
Masa-masa mengukir kekonyolan dan belajar di bangku SMU Negeri 4
Tamat dari SMP Saya
lulus dengan NEM yang memuaskan sehingga dapat diterima di SMU NEGERI 4
Lampineung Banda Aceh yang merupakan salah satu SMUN terbaik dan terfavorit di
kota saya. Saya sangat beruntung dapat sekolah di SMUN 4 karena tidak mudah
masuk ke sekolah tersebut. Selain saingannya banyak juga harus melalui seleksi
yang super ketat. Saya bersyukur dapat lulus murni dengan usaha belajar yang
telah saya siapkan jauh-jauh hari. Saat masuk SMU Saya mulai memakai jilbab,
saat itu tidak banyak pelajar putri yang mengunakan jilbab di Aceh, karena di
Aceh saat itu belum diperlakukan Sayakan syariat Islam seperti sekarang ini.
Saat kenaikan kelas Saya
memilih jurusan IPS karena Saya suka pelajaran sosial terutama pelajaran
ekonomi. Saat itu banyak teman-teman dan guru-guru yang menyarankan untuk
mengambil jurusan IPA, tapi Saya menolaknya karena Saya merasa lebih berbakat
di bidang IPS. Di kelas IPS Saya mendapatkan teman yang begitu sangat
menakjubkan. Di kelas IPS inilah Saya menemukan kenangan terindah yang takkan
terlupa sampai kapanpun. Saya merasakan
kebersamaan dan kekompakkan yang sangat melekat walaupun bisa dibilang kelas
kami adalah kelas yang sangat terkenal sebagai kelas pemberontak dan pembangkang, namun sangat
aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler bahkan banyak prestasi yang diukir
mewakili kelas IPS.
Kadangkala kami pernah
bolos sekelas karena bosan belajar, bahkan kami sekelas pernah tidak
mengerjakan tugas dan ribut saat ada guru yang tidak masuk. Kami juga pernah permisi pura-pura ke kamar mandi tapi malah
berlama-lama dan nongkrong di kantin saat pelajaran berlangsung. Yang lebih
gilanya kami sekelas pernah membuat usil guru praktek yang masuk ke kelas untuk
mengajar. Sehingga guru tersebut menjadi nangis dan trauma masuk ke kelas IPS.
Bukan kelas IPS namanya jika pelajarnya tidak konyol, namun yang buat Saya salut bahkan guru-guru pun ikut salut, kami selain
konyol namun juga kompak dan setia kawan. Siapa saja teman yang tak punya uang
atau sakit pasti kami kunjungi dan membantu kesulitannya, bahkan kalau ada guru
yang perlu bantuan, kelas IPS selalu siap banting tulang. Kalau ada gotong
royong disekolah kami lah barisan terdepan, begitu juga saat menaikan bendera
setiap hari senin, kelas IPS lah top nya.
Kalau perlombaan band atau menari kelas IPS juga jempolnya.
Kekompakkan bukan saja
saat beraksi konyol tapi kami juga kompak dalam belajar, jika ada tugas yang
tidak dapat kami selesaikan maka kami akan menyelesaikan secara kumpulan,
bahkan nyoktek–menyontek pun menjadi
sasaran terakhir. Pernah suatu kali kami mendapat tugas yang sangat sukar,
meski telah dikerjakan secara kumpulan, alternative terakhir tugas tersebut
dikerjakan oleh seorang teman yang terkenal super pintar, pagi harinya kami
semua datang sekolah awal-awal agar dapat menyalin jawaban yang telah
dikerjakan teman kami tersebut.
Satu kebiasaan usil
yang dibuat oleh pelajar putra yang bikin pelajar putri kesal yaitu ketika
pelajaran olah raga, semua pelajar diharuskan menganti baju seragam sekolah
dengan baju seragam olahraga. Pada saat menganti baju olahraga, baju seragam
sekolah kami letakkan di atas kursi atau meja masing-masing. Nah pada saat
olahraga berlangsung, pelajar putra dengan iseng mengantikan atau menukar
posisi baju antara teman yang satu dengan teman yang lain sehingga begitu
selesai olahraga saat kami mengenakan kembali baju seragam sekolah maka kami
bertukaran baju. Kami pelajar putri hanya bisa kecegesan karena malu lihat baju
bertuliskan simbul nama masing-masing telah tertukar sehingga kami mesti tukar
baju semula, tentu saja dalam hal ini kami pelajar putri tidak tinggal diam, kami
kembali melakukan pembalasan minggu depan dengan menukar celana panjang milik
pelajar putra, yang lucunya saat celana panjang mereka kami tukar jauh lebih
heboh karena tidak dapat dipastikan milik siapa sebab tidak ada tertera nama.
Saat itu kami sengaja tukar celana teman yang berkaki pendek kami tukar dengan
teman yang berkaki panjang sehingga kehebohan lebih dahsyat mereka alami.
Meski pelajar putra
suka mengusilin pelajar putri, namun mereka begitu kompak dan setia kawan dalam
membela pelajar putri dari sekolah atau sekelas dengan mereka. Pernah suatu
kali kami pelajar putri diusilin oleh pelajar putra dari sekolah lain, maka
pelajar putra dari sekolah kami dengan kompak menyerang dan bergaduh dengan
pelajar sekolah tersebut hanya semata-mata mempertahankan marwah kami pelajar
putri, bahkan pelajar putra sering juga menceramahi kami agar berpakaian dan
bertingkah laku yang baik agar tidak diganggu. Saat itu kami merasakan betapa
solidaritasnya kami sekelas meski sering buat usil. Kami kompakan bukan saja
dengan teman sekelas bahkan kami kompak dengan seluruh teman sekolah bahkan
dengan kakak atau adik letting kami saling kenal dan saling membantu. Saat tiba
kenaikan kelas, kakak atau abang letting akan meminjamkan buku pelajaran mereka
untuk kami yang kurang mampu dari segi keuangan, bagi kami yang tidak kebagian
buku maka kami akan tukaran berdasar giliran jadwal roster. Saya dan teman
sekelas belajar ekonomi pada hari selasa jam 10 dan geografi jam 8, maka kami
tukaran buku dengan kelas yang lain yang
roster ekonomi pada hari selasa juga namun pada jam 8 dan geografi jam 10, kami
saling meminjami dan tukaran buku. Hal itu terus berlangsung hingga tamat
sekolah, sehingga semua pelajar baik kaya atau miskin semua punya buku.
Jika ada teman yang
ultah, menepung tawar atau memecahkan telur keseluruh badan merupakan Satu hal
yang selalu menjadi tradisi turun temurun bagi kami sekelas pelajar IPS, sebuah hadiah indah selalu terselip dari
teman-teman yang diakhiri dengan acara traiktir mentraktir dari yang ultah.
Ketika lulus sekolah,
tradisi mengumpulkan baju seragam yang masih layak dipakai untuk disumbangkan
sudah menjadi tradisi, dan coret-mencoret tanda tangan ke baju teman sebagai
kenangan terakhir juga tak lupa kami lakukan sambil berkonvoi ramai-ramai keliling
kota. Ada tangis dan ada bahagia, saling memotivasi untuk melangkah kedepan
melanjutkan cita-cita dengan meninggalkan masa kekonyolan dengan tak melupakan
kenangan indahnya.
Masa –masa mengenal arti tanggung jawab dan belajar di
kampus hijau
Lulus dari SMUN 4 Saya
melanjutkan studi ke FKIP Ekonomi Unyiah. Begitu banyak memori yang terukir di
kampus Unsyiah, namun berbeda dengan masa-masa sekolah dulu. Ketika di kampus
prilaku dan pola piker saya mulai dewasa, kata teman-teman Saya sudah punya
sisi kelembutan seorang wanita, tidak seperti masa remaja dulu yang penuh
dengan kekonyolan, kini Saya sudah mulai faham arti tanggung jawab yang
sebenarnya. Walaupun kekonyolan itu tetap saja terukir dan terulang jika sekali
waktu bertemu dan berkumpul dengan rakan-rakan sekolah dulu. Di kampus unsyiah Saya
banyak menghabiskan hari dengan belajar dan aktif dikegiatan kampus.
Akhir 2005
Tepatnya November 2005 saya bergelar istri. Saat itu Saya dilamar oleh
seorang pria yang sekarang menjadi suami terbaik untuk saya. Pertama kali
bertemu dengannya saat kami sama - sama satu organisasi ukm BSPD unsyiah
yaitu Mai 2002 . Tetapi saya baru
menyadari kehadirannya 11 Agustus 2002.
Dalam diam ia mencintai saya dan saya mulai mengaguminya. Tanpa kata terucap ia
ukir nama saya dihatinya. Dapat terlihat jelas ketulusan cinta dihatinya melalui
sinaran matanya yang jujur tanpa kebohongan. Tiga tahun kemudian kami menikah
yaitu tepatnya 11 November 2005, dan saya pun resmi jadi pendamping hidupnya. Saya menjadi suri rumah dan mulai saat itu
pikiran dan hati kami menyatu untuk melanjutkan dan meraih masa depan yang
lebih baik. Saat suami melamar saya,
usia kami masih sangat muda. Saya tak pernah kesal atau menyesal karena kawin
muda. Saat itu Saya berusia 23 tahun dan suamiku 25 tahun, sama dengan usia
Nabi Muhammad saw ketika menikah. Saya dan suami sama-sama masih kuliah. Kami
belum mempunyai pekerjaan dan pendapatan. Suami mengajak saya menikah karena
ingin menyempurnakan agama dan ia yakin rezki itu akan datang jika kita
berusaha. Pernikahan bukanlah suatu halangan untuk mengapai kesuksessan.
Awalnya Saya memang merasa ragu untuk memutuskan menikah
muda, belum selesai kuliah dan belum punya pendapatan. Tapi setelah berbincang
dengan suami akhirnya Saya merasa yakin
untuk mengambil keputusan menikah. Dengan menikah Saya yakin rezki akan lebih
mudah dan melanjutkan kuliah lebih termotivasi. Ketika kami mengutarakan niat
untuk menikah, orang tua awalnya merasa ragu tapi setelah mendengar penjelasan
kami dan melihat ketulusan kami, akhirnya hati orang tua Saya luluh dan
merestui pernikahan kami. Pernikahan kami pun berlangsung secara sederhana dan
islami dengan mendapat restu dari kedua belah pihak.
Saya bersyukur dengan apa yang Tuhan karuniakan pada hari
ini, Saya bahagia menjadi seorang istri. Memang setelah menikah tanggung jawab
yang kita emban semakin bertambah, tapi Saya justru senang karena suami seorang
yang berfikiran terbuka, matang dan
pengertian. Jadi Saya tak pernah merasa terbebani, malah hari-hari yang
saya lalui semakin bermakna bila ada suami di sisi. Ia selalu menjadi imam di
dalam shalat dan mengarahkan bila Saya khilaf.
Setelah menikah, maka tanggung jawab kami berdua semakin
bertambah namun begitu kami tetap melanjutkan kuliah setelah menikah.
Allhamdulillah, atas motivasi dari suami Saya dapat menyelesaikan studi begitu
juga dengan suami. Kesulitan demi kesulitan terus kami alami meskipun telah
menyelesaikan studi. Seiring dengan berjalannya waktu maka kebutuhan hidup kami
semakin bertambah sementara kami tidak punya pendapatan tetap. Untuk memenuhi
kebutuhan hidup Saya dan suami bekerja sebagai guru bakti dengan pendapatan
yang tidak mencukupi. Saya bersyukur mempunyai orang tua yang pengertian akan
kesusahan kami, sehingga kami masih diizinkan tinggal dengan orang tua, malah
kebutuhan sehari-hari masih dibantu oleh orang tua. Yang paling membuat saya
terharu ialah saat menyambut hari raya pertama diawal pernikahan. Jangankan
untuk membeli baju baru, untuk membeli daging di hari meugang saja kami tak
mampu. Padahal sudah menjadi kebiasaan orang Aceh bila bulan Ramadhan pertama
dan akhir membeli daging meugang.
Akhirnya 21 November 2005 Saya Wisuda |
Terima Kasih untuk semua yang telah hadir dalam hidup saya. Keluarga, Guru, Suami, Teman, Sahabat adalah yang terindah dalam hidup saya. Allhamdulillah |
Dua Anugrah terindah dari Allah pada bulan dan tahun yang sama " Pernikahan dan Wisuda " |
Awal 2006
Saya dan suami mulai bekerja keras untuk menambah
penghasilan. Apa saja pekerjaan halal kami lakukan untuk mencari sesuap nasi.
Pagi-pagi sekali kami telah mendaki pergunungan dengan sepeda motor pinjaman
ayah saya untuk pergi mengajar di sebuah sekolah agama. Suami mengajar matematika
dan Saya mengajar ekonomi, sepulang mengajar kami pun masih mencari kerja
sampingan untuk menambah pendapatan. Media massa (koran) merupakan santapan
kami sehari-hari untuk mencari lowongan kerja.
”Habib........coba lihat di sini ada lowongan kerja” ujar
saya sambil menyerahkan koran yang memuat iklan lowongan kerja yang bertuliskan
dibuka tes CPNS di perguruan tinggi negeri.
”Lowongan dosen habib di PTN” ujar saya lagi meyakinkan
suami.
”Habib coba ikutan ya” saran saya semangat, yang ditanya
malah diam saja sambil membaca persyaratan yang diminta.
”Kesempatannya tipis kali, hanya dua orang yang
dibutuhkan” sahut suami nyerah saat
membaca persyaratan.
”Coba aja dulu, kalau memang rezki biar satu orang yang
diminta pasti tetap lulus tapi kalau memang nggak
ada rezki biar diminta ribuan orang tetap aja nggak lulus” saya memberi semangat untuk suami.
Detik itu juga kami menyiapkan semua persyaratan karena
batas waktu penutupan tinggal satu hari lagi. Begitu besar keyakinan suami
hingga siang dan malam dihabiskan untuk belajar agar lulus tes CPNS dosen.
Akhir 2006
Malam itu kami mendapat kabar dari salah seorang teman
suami. Dia mengabari suami bahawa suami lulus sebagai dosen. Terasa hati tak percaya, malam itu juga meski sudah
pukul dua malam kami menuju ke kampus tempat ditempelnya pengumuman peserta
yang lulus dosen di PTN. Padahal jarak tempuh antara kampus dan rumah lumayan
jauh. Allhamdulillah nama suami tertera di sana. Sungguh kami sangat bersyukur
atas anugerah ini. Semua seakan seperti mimpi. Kami hanya diam terpaku menatap
papan pengumuman itu sambil hati tak
henti bertasbih syukur. Kami saling berpandangan lama. Tak ada satu katapun
yang keluar dari mulut kami hanya butiran mutiara bening yang terus mengalir
membentuk aliran sungai kecil di kedua pipi kami yang makin lama airnya terasa
hangat hingga kami dikejutkan oleh asinnya air yang mulai bermuara ke mulut
kami. kami tak mampu bicara lagi tapi
Saya yakin hati kami mengatakan hal yang sama
”Inilah rizki itu, rizki dari doa, usaha, dan kesabaran
selama ini”
Tahun 2008
Setelah suami resmi menjadi PNS 100%, karirnya sebagai
dosen pun semakin berkembang. Saya dan suami pun mendapat beasiswa dan tugas
belajar untuk melanjutkan studi S2. Kami memilih Kuala Lumpur sebagai tempat kami melanjutkan
studi karena selain lebih dekat dengan Indonesia (agar lebih mudah dalam
mengunjungi orang tua di Aceh) juga karena faktor penduduk Melayu dominan Islam
sehingga mudah mencari makanan halal. Kesempatan belajar ini tak kami sia-siakan, karena ini adalah
cita-cita kami sejak dahulu.
Tahun 2010
Suka dan duka kami jalani kehidupan di perantauan orang,
jauh dari sanak saudara, menyimpan rindu pada orang tua dan tanah air demi
menyelesaikan pendidikan. Tidak mudah hidup di negeri orang namun berkat
perjuangan yang keras dengan melalui segala halangan dan rintangan kami mencoba menyelesaikan
studi dengan saling memotivasi. Allhamdulillah akhirnya studi S2 saya dan suami
dapat selesai sekalian pada tahun yang sama.
Oktober 2012 hingga sekarang kami kembali merantau ke Jerman karena suami sambung studi S3 di UDE. Perjuangan baru meraih Cita dan Cinta pun kembali bersemi.
Oktober 2012 hingga sekarang kami kembali merantau ke Jerman karena suami sambung studi S3 di UDE. Perjuangan baru meraih Cita dan Cinta pun kembali bersemi.
Semoga kenangan ini
selalu terukir menjadi sebuah pengalaman yang terindah dan yang tak terlupakan.
Dan tak pernah saya pungkiri bahwa Saya hari ini karena pelajaran berharga dari
masa lalu, tanpa masa lalu Saya tidak mungkin dapat seperti sekarang. Terima
kasih untuk guru saya, terima kasih untuk keluarga saya, dan terima kasih untuk
semua teman-teman yang pernah ada di masa lalu saya, karena telah mengajarkan saya arti cinta,
suka, duka, kekonyolan, kebersamaan, hingga Saya tahu arti tanggung jawab.
Terima kasih
Yaa Allah atas cinta dan cita ini, karena ketulusan cinta pada-MU
Akhirnya cinta
dan cita kami teridhai
Bahagiakan
kami selalu di jalanmu Yaa Allah
Jauhkan kami
dari hati-hati yang kelam
NB:
Untuk teman-teman yang belum nikah, jangan takut nikah muda walau belum siap kuliah dan punya pekerjaan tetap, karena Allah SWT pasti akan memberimu rezki dan hadiah terindah bagi hamba-NYA yang menyempurnakan agama " Pernikahan "
semoga tulisan ini dapat menjadi motivasi dan manfaat bagi teman-teman semua
Subhanallah, saya barus saja berkunjung ke blog teman (mbak Reni Judhanto di http://another-reni.blogspot.com/2013/02/kenangan-5-tahun-di-perantauan.html) dan sama-sama bercerita tentang kenangannya di perantauan, ada romantika selama disana dan tentu saja kisah cinta.
BalasHapusDisana saya menitiskan air mata, ternyata disini juga.
Indahnya mengingat kenangan lama ya, semoga adik Lisa berbahagia selamanya bersama suami tercinta. Aamiin
Amin. Terima kasih mbak doanya
HapusWah .. ceritanya lengkap banget mbak, komplit dgn foto fotonya lagi
BalasHapusTerima kasih. salam kenal
HapusAssalamu'alaikum
BalasHapusSalam kenal, salam ukhuwah. Pertama kali ke sini :)
waalaikumsalam, salam kenal dan salam ukhuwah juga
Hapuskomplit banget.. klu perempuan tu mens nya 6 SD, ckckckck.. knp klu laki2 musti lebih tua ya baru mimpi basah?!?! :p
BalasHapusterima kasih. itu yg saya kurang ngerti, mungkin ada rencana Allah dibalik semua ini
Hapusmampir lagi nih mbak saya..
Hapussemoga bisa sering sering main ke sini :)
salam sejahtera :)
boleh2, sering2 aja mampir
Hapussalam kenal mbak :D
BalasHapusbagus banget :D komplit ^^
salam kenal juga. terima kasih
Hapusterharuuuuu baca perjalanan hidup Lisa.
BalasHapusOhya, karena ceritanya ada tentang merantau, coba ikutkan ke giveaway merantau Lisa. Aku uda ikut juga
Ini link lombanya:
http://catatan-millati.blogspot.com/2013/02/giveaway-gendu-gendu-rasa-perantau.html
makasih eki. eki sudah ikutan lomba ya?
Hapussmoga menang ya.
malu liat tulisan + toga'a, karena masih tersedat dengan mulus dibangku kuliah, alias belum lulus, hehehe
BalasHapuskembali kenangan lama, membutuhkan mental serta tenaga yang banyak, untuk menjadikan'a sebuah catatan :)
suatu hari nanti mas Andy juga akan jadi sarjana, yg penting semangat, terima kasih sudah mampir
Hapusbenar" ceritanya sangat lengkap.. salut mbak... ?? artikel sepanjang itu tapi isinya nyampai ke pembaca... ajarin dong cara menulis yang benar... :D
BalasHapusterima kasih. Allhamdulillah
Hapussaya juga masih belajar...........hehehehe............
Aku sangat senang dapat membaca dari cerita kamu kak dan salam kenal ya
HapusAku sangat senang dapat membaca dari cerita kamu kak dan salam kenal ya
Hapussubhanallaah... jadi lebih mengenal Lisa. Kita menikah di usia yang sama, 23 tahun. Alhamdulillah, janji Allah benar adanya
BalasHapusoya, klo begitu mbak titi pasti punya cerita yg menarik juga
HapusKeren mba, tulisan yg komplit. Perjalanan hidup yang penuh kenangan.
BalasHapusterima kasih. Allhamdulillah
Hapusrezeki sudah ada yang mengatur ya. serahkan pada Allah asal kita tetap berusaha Insya Allah bisa
BalasHapusiya mbak, terima kasih telah mampir
HapusSaya biasanya males baca tulisan panjang hehe
BalasHapustapi krn ini ada subtittlenya makanya enak dibaca
btw, baca tulisannya serasa nonton film ttg perjalanan hidup seseorang dr kecil hingga dewasa
saya jg jd keinget2 kenangan masa sekolah dulu hehe
terima kasih
Hapusberarti kak lisa sekarang di Jerman ya? wah, semoga suatu hari nanti saya bisa ikut suami ke sana dan bertemu kakak
BalasHapusiya, Insyaallah, semoga kita dapat bertemu
Hapusbendera jepang..hehe.. aku dapetnya dl jg kls 6SD, mb..
BalasHapussayang foto mb lisa wkt kecil gak dipasang jg ^_^
kisah inspiratif mb..sukses trs yaa :)
terima kasih, foto-foto lisa waktu kecil habis kena tsunami tahun 2004 mbak.
HapusSeru bangets... catatan lengkap :)
BalasHapusAllah Maha segala2NYA... ALhamdulillah *terharu*
Allhamdulillah
Hapusterima kasih bunda ofa atas kunjungannya
Alhamdulillah..tahniah. Saya juga terharu membaca entry sis ni. Salam kenal dpd sy juga..terima kasih singgah di blog sy ye..:)
BalasHapusTerima kasih
Hapuskeren mbak..perjalanan hidup yang luar biasa indah. Barakallah ya mbak...
BalasHapusterima kasih ya atas doanya
Hapushalo makasih dah ke blog saya ya.
BalasHapusiya sama-sama. saling mengunjungi, hehehehe
HapusMerinding bacanya, jd kangen Lampineng :(,SMA 4 jga.. dimn jalannya klo malam sering dijadikan area trakc2an anak2 motor.
BalasHapusmemang rezeki tak mengenal waktu, pasti datang kapan saja, dan di saat Allah berkehendak yang terbaik buat kita :)
Selamat yah mba, dari Aceh bisa sampai ke Jerman utnuk study s3 lg. Alhamdulillah
*oya salam kenal dari pesisir Aceh Barat :)
terima kasih. salam kenal juga
HapusSMUN 4 juga ya. senang dapat bertemu teman lama
ini enakan dijadikan novel mbak Lisa :)
BalasHapussaya belum punya keahlian untuk buat novel mbak
HapusAsslam'muallaiqum...mampir menyambung tali silaturahmi, tapi maaf belum sempat baca artikelnya, lain waktu saya mampir lagi, sekarang mau meluruskan pinggang dulu nih.
BalasHapusfollow sukses 32
salam sehat selalu untuk keluarga dari mamang ubi
terima kasih ya sudah mampir dan di follow
Hapusudah follow mak.. bakal sering berkunjung.. td intip2 judul2 postingan keren2. pasti klo baca srasa ikut merasakan tinggal di LN hehehe..
BalasHapusbarakallah wa subhanallah
terima kasih udah di follow. mampir2 lagi ya
Hapuswaa.. perjalanan hidupnya keren :)
BalasHapuslebih keren lagi karena ditulisa dengan lengkap *geleng2 kpala* saya mana sanggup hihi.. bisa bikin buku autobiografi mba :)
terima kasih mbak
HapusBisa dijadikan memoar ini mba, beneran... Soalnya jarang ada yang bisa menuangkan detail kisahnya year by year. Biasanya hanya menuangkan kejadian by accidentally aja. Kalau di garap dengan serius, minimal bisa di bukukan at least buat kalangan sendiri dulu. Keep on writting, ganbatte (^_^)/
BalasHapusterima kasih motivasinya, jadi semangat untuk nulis.
Hapustulisannya sangat runut dengan time line yang sangat jelas, sepertinya sama sekali tidak ada blind spot di cerita ini ( blind spot ini sering saya alami karena kebanyakan nulis & memecahkan peristiwa misteri hihihihi) btw saya follow blognya :)
BalasHapusterima kasih, btw saya juga masih belajar, dulu penulis FLP Allmahummah Diana Roswita yang bimbing saya menulis, namun setelah beliau meninggal karena kena Tsunami 2004, saya mulai berlatih sendiri dgn mengingat-ingat metode yang beliau ajarkan. saya ibarat penulis tanpa penutup, heheheh maklum belum bnyk ilmu yang saya kuasai. terima kasih ya sudah follow blog saya, dgn begini kita dapat saling share ilmu menulis
HapusSalut sama orangtua Mbak Lisa yang memandang penting pendidikan bagi buah hatinya. Waaah..., selamat ya, Mbak, wisuda dan nikah pada bulan dan tahun yang sama, alhamdulillaah..., anugerah yang patut disyukuri. Semoga senantiasa barakah dan bahagia yaa... Allaahumma aamiin....
BalasHapusallhamdulillah, terima kasih ya doanya
Hapuskisahnya mirip dgn adik ipar..:D, tapi skrg dia lg di Belanda :D
BalasHapusoya, kapan2 saya juga berencana jalan2 ke belanda, krn belanda dan jerman dekat, mudah2an saya dapat ketemu dgn adik ipar mbak ya
Hapusbenar sekali, pintu rezeki dari Allah bisa dari manapu datangnya. :)
BalasHapusAllhamdulillah, memang tak ada satu makhluh hidup pun di dunia ini yang tdk di beri rezki asal mau berusaha. nyamuk saja ada rezki apalagi kita manusia.terima ksih ya sudah mampir
HapusAssalamu'alaikum Lisa, wah perjuangan yang membuahkan hasil manis. Semoga manfaatnya bisa dikecap sebanyak-banyaknya umat. Kagum dengan ingatan Lisa semasa kecil. Waktu kecil dan setelah berkeluarga aku sering pindah, memoryku terbatas karena isinya cepat berganti. Senang berteman denganmu. :)
BalasHapuswaalakumsalam, terima kasih telah mampir, senang juga dapat berteman dengan mbak
Hapustulisannya panjang sekali :)
BalasHapussalam kenal ya ,,, ceritanya lengkap kap kap banget
terima kasih dan salam kenal juga
Hapuslah saya malah belum nikah-nikah mbak hehehe
BalasHapussalam kenal ya dari Jember
buruan mas nikahnya, hehehehe
Hapussalam kenal juga dari aceh namun sedang nomaden di jerman
Ohya, balik lagi, Mbak, sekadar informasi. Saya komentar ini menggunakan akun blogspot saya yang baru, sebab yg lama sudah tidak aktif. Ohya, blog Mbak ini juga sudah saya follow. Makasiiih....
BalasHapusok nanti saya singgah ke blog barunya mas, terima kasih juga sudah di follow
HapusAssalamualaikum...
BalasHapusMbak, tulisannya bagus sekali, sangat terorganisir, jadi tidak membingungkan pembacanya...
salam kenal ya ;D
waalaikumsalam
Hapusterima kasih ya dan salam kenal juga
Assalammu'alaikum, saya berkunjung lagi ah soalnya kemarin belum baca sampai tuntas (^_^)/
BalasHapusmakasih ya udah mampir lagi
HapusBagus banget tulisannya mbak.. oia saya panggilnya mbak Lisa atau mba Tjut yah? hehehe...
BalasHapustgl nikah kita sama loh, beda di tahunnya aja, saya th 2007 :)
terima kasih ya sudah mampir, biar akrab panggil aja kak lisa, hehehe. oya, klo ngitu bisa rayainnya sekalian nie, heheheee
HapusBaru usai baca ini :)
BalasHapusLengkap, jadi lebih mengenalmu dek, lanjutkan perjuangan...
Siipp, jangan takut nikah muda, dulu aku nikah juga masih kuliah walau usai tak begitu muda, hehee...
terima kasih ya mbak sudah mampir. sukses juga utk mbak
Hapusbaru kali ini saya baca tentang nikah muda yang terarah mbak ^^
BalasHapusAllhamdulillah
Hapusmohon doanya ya agar selalu bahagia dunia dan akhirat
Insya Allah niat baik, bisa nganterin mbak ke surga dengan bahagia, aamiin
BalasHapusSalam,
Roza.
semangat istiqomah mbaknyaaa
BalasHapussalam
riby
Kenangan emang selalu hidup di hati kita yang paling dalam ya mbak. :)
BalasHapusSalam,
Rava.