Oleh : Lisa Tjut Ali
 |
Jalani lah takdir dengan bersabar dan bersyukur |
Allhamdulillah
Hari
ini Allah mentakdirkan saya bertemu dengan Along dan ibunya saat berada di ruang
tunggu hospital. Pertemuan yang
hanya beberapa jam itu menyisakan banyak
pelajaran berharga. Along begitu ia menyebut nama dirinya, Along merupakan anak
istimewa, yang hidup hanya berdua dengan ibu sejak meninggalnya sang ayah. Along
yang berusia 24 tahun bukan seperti remaja lainnya, sejak lahir Along adalah
anak yang memerlukan perhatian khusus, walau ia sudah remaja namun prilakunya masih
polos seperti anak-anak. Along sangat sayang dengan ibunya, berulangkali saya
lihat Along mencium pipi ibunya yang sedang duduk berzikir. Dari penampilan Along
yang rapi dan bersih saya dapat menebak, Along tidak kurang kasih sayang dan
perhatian dari ibunya.
Di ruang tunggu, semua
pasien duduk dengan wajah yang mulai mengambarkan titik kebosanan. Ada yang mengantuk, ada yang menyandarkan
kepala ke dinding, bahkan ada yang menghulurkan kaki lurus ke depan saking
bosannya. Menunggu no antrian bertemu dokter spesialis di hospital memang memerlukan kesabaran. Itu belum lagi temu janji yang 1-3 bulan sekali. Kalau mau cepat tentu saja ke hospital swasta dan tarifnya juga berdasarkan standar swasta. Saya memilih hospital ini karena rujukan dari klinik kampus, yang mana pelajar dapat berobat secara gratis.
Awalnya saya mengira Along
yang duduk di samping suami, sama seperti remaja lainnya, setelah lama
memperhatikan tingkahnya yang sedikit berbeda, saya baru paham ternyata Along
anak yang istimewa. Berulang kali Along melirik ke arah suami dan saya sambil memberi isyarat
dengan merapatkan dua jari telunjuknya (* isyarat yang maksudnya kami sepasang
kekasih atau suami istri). Saya tersenyum melihat ulahnya. Suami yang sedang demam memilih menyandarkan
kepala ke kursi. Saya lihat Along seperti ingin bersahabat dengan suami, karena
suami tidak respon akhirnya Along bermain dengan hp. Abang demam ujar saya
mencoba memberi pengertian pada Along, Along menanyakkan pada ibunya apa yang
saya katakan, ibunya pun menerangkan pada Along bahwa suami saya sedang sakit
demam. Spontan Along meletakkan tangannya di dahi suami dengan lembut untuk
memastikan suhu badan suami. Suami saya
tersenyum ke arah Along. Along tampak cemas dengan suhu panas badan suami, sementara
ibu Along merasa tidak enak hati dengan sikap Along yang memegang dahi suami. Saya
katakan pada ibunya “ tak apa-apa makcik, Along buat tu semua karena perhatian,
kami paham kondisi Along “ makcik pun tersenyum sambil berujar “ tak semua
orang boleh paham kondisi Along, bahkan kadang ada orang yang pindah tak mau
duduk samping Along, coba bayangkan ibu mana yang tak kecik hati bila anaknya diperlakukan
seperti itu ” saya dapat merasakan
perasaan makcik tersebut. Saya lihat sendiri Along tidak menganggu orang lain
kalau orang lain tidak menganggu dia, ia
duduk rapi di bangku yang bersebelahan dengan ibunya.
Tiba-tiba Along menunjukkan sepatunya bagus
dengan memberi isyarat jempol sebaliknya memberi jempol ke bawah pada
sepatu makcik yang duduk depan kami. Spontan
saja saya dan pengunjung lainnya yang semula mengantuk tertawa nyengir (* dalam
hati, pintar juga Along, memang pun sepatu Along lebih cantik dari sepatu makcik
tersebut, hehehehehe). Suasana pun menjadi ceria, pengunjung mulai tersenyum-senyum
melihat prilaku Along yang comel. Kehadiran Along membuat suasana ruang tunggu
yang membosankan menjadi berwarna. Kami yang semula mengantuk menjadi
tersenyum, tersenyum melihat tingkahnya Along yang asyik bermain dan bercakap
dengan hp (* suaranya pelan tidak memberontak atau menganggu). Sekali-sekali Along
akan mengingatkan pasien yang ada di sekitarnya untuk duduk rapi, tidak
menaikan kaki ke atas bangku atau menyilang (* saya melihat Along disini sangat
peduli dengan orang lain, ia melarang menaikan kaki atau menyilang agar tapak
sepatu pasien tersebut tidak mengotori pasien yang lain). Along juga memberi isyarat
agar saat duduk di kursi tidak meluruskan kaki sehingga tersandung pengunjung
lain yang lalu lalang. Along seperti petugas keamanan yang mengatur supaya
duduk rapi. Along pun dengan ucapan yang
kurang jelas mengingatkan saya dan pasien agar tidak meletakkan tas
sembarangan. Berulang kali Along menunjuk-nunjuk tas yang terletak begitu saja
di lantai atau di atas kursi supaya kita
pengang erat-erat agar tidak kecurian. (* ragut-ragut ucapnya. Maksudnya jaga
tas agar tidak kena curi). Pengunjung pun mulai memegang tas erat sambil
berucap terima kasih Along sudah mengingatkan kami, Along pun tersenyum senang.
Along juga sosok anak yang kuat, dari ibunya saya dapat tahu meski ia tumbuh
besar di rumah sakit (selalu di rawat di hospital) namun ia tetap ceria tak
pernah mengeluh sakit.
Pengamatan saya, Along meski lambat pemikiran namun ia cepat
mengerti saat orang bercerita tentang dirinya. Ketika ibunya mengatakan kalau Along
baru saja menjalani operasi perut, dengan spontan Along menunjukkan bekas
jahitan operasi perut, begitu juga ketika kami tanya namanya, langsung ia sebut
Along……..Along. bagi saya Along cerdas meski ia tergolong anak yang lambat
pemikiran. Ibu Along memberitahukan bahwa Along sudah menyelesaikan sekolah
menengah untuk anak pendidikan khusus atau SLB, Along selalu juara di kelas,
kini Along akan kembali mengambil khusus kemahiran. Disini saya menilai,
seorang anak yang mengalami kekurangan pemikiran pun jika mendapat didikan dan
perhatian yang baik dari orang tua dan keluarga, mereka akan tumbuh menjadi
anak yang terarah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap
anak lahir dalam keadaan fitrah. Lalu orangtuanyalah yang menjadikannya yahudi,
nasrani, atau majusi.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Satu hal yang membuat saya
terharu, ketika saya dan suami asyik berbincang, tiba-tiba di depan kami lewat
pasien yang mengunakan kursi roda, kursi roda itu berjalan rapat mengenai lutut
suami yang sedang duduk, padahal sisi sebelahnya masih luas. Along yang juga
duduk bersebelahan dengan suami, langsung menutupi lutut suami dengan tangannya
sehingga tangan Along yang tergesek dengan kursi roda tersebut, ia sengaja
menjadikan tangannya sebagai alas agar lutut suami tidak tergesek kursi roda. Saya
yang melihat kejadian ini tak mampu menyembunyikan keharuan, suami saya pun
merasakan hal yang sama. Along begitu siaga melindungi orang-orang di sekitarnya.
Ketika kursi roda itu kembali melintasi kami, tangan Along pun sudah siap
kembali memegang lutut suami.
Sungguh kekuasaan Allah,
setiap makhluh yang dicipta-Nya, semua punya sisi kelebihan dan kekurangan, Tak ada manusia yang sempurna, kesempurnaan hanya milik Allah saja. Di balik keterbatasan pemikiran Along, Along
masih memiliki pemikiran yang bermanfaat bagi orang lain. Ia mampu memberi senyuman, kenyamanan dibalik
kekurangannya. Pengalaman ini membuat diri saya tersentil, Allah anugrahi saya
fisik dan pemikiran yang sehat dan sempurna,
namun belum mampu berbuat sepenuhnya seperti Along. Pertemuan ini memberi
pelajaran tersendiri bagi saya, tentang
apa yang sempurna menurut kita belum tentu sempurna menurut penilaian Allah,
karena kita terlalu naïf suka menilai kesempurnaan dari segi penampilan luar. Mungkin
di mata kita Along bukan sosok manusia yang sempurna fisik dan pemikiran, tapi siapa dapat menduga menurut penilaian
Allah, sikap dan prilaku Along justru
mengangkat dia menjadi manusia yang tinggi kedudukannya di hadapan Allah kelah.
Sebaliknya tak menutup kemungkinan manusia berdasi dengan stelan jas lengkap
yang kita anggap terhormat karena gelar dan pemikirannya, justru menjadi
manusia yang paling hina hadapan Allah, jika kehadirannya selama di dunia hanya
mengobral kesombongan dan kerugian.
Semoga Allah menjadikan kita hamba yang bermanfaat
untuk orang lain, setidaknya kehadiran kita tidak menganggu kenyamanan orang
lain.
Terima kasih Along untuk ilmu yang berharga ini
Allhamdulillah Yaa Allah, telah mempertemukan saya
dengan Along
“Bisa jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan bisa
jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui,
sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al
Baqarah: 216)
Malaysia, 20 Maret 2014