Coretan pena

Rabu, 27 Mei 2015

Pengorbanan seorang ayah



                                                                        Oleh : Lisa Tjut Ali



Sudah beberapa hari saya mencari motor untuk transportasi ke kampus. Namun belum juga ketemu. Menjelang sore ketika hendak pulang, saya iseng-iseng buka web mudah.com, disana terdapat sebuah motor yang kondisinya sangat bagus dan harganya pun terjangkau. Saya pun menghubungi pihak yang punya, singkat kata kami pun bertemu. Negosiasi pun terjadi hingga harga jual pun memperoleh kesepakatan, hari itu juga kami mengurus balik nama motor tersebut. Dalam perjalanan transfer uang, pemilik motor bercerita bahwa beliau menjual motor tersebut untuk membiayai studi dua anak kembarnya yang akan masuk sekolah kejenjang yang lebih tinggi.  Karena anaknya kembar dan masuk sekolah bersamaan tentu saja dana yang di perlukan sangat banyak. 

Mendengar kisah bapak ini saya jadi teringat dengan ayah, dulu saya adik beradik juga seperti itu, kami empat bersaudara, selalu   tamat dan masuk sekolah secara bersamaan meski jenjangnya yang berbeda, jadi ingat masa itu saya permulaan masuk smp, kakak kedua masuk SPK dan kakak pertama masuk  perguruan tinggi sedangkan adik saya mau masuk TK, tentu saja begitu banyak biaya yang ayah butuhkan, namun ayah tak ingin kami berhenti sekolah, untuk memenuhi keperluan tersebut, ayah akan menjual apa saja yang dapat  dijadikan dana untuk biaya sekolah, ayah akan menjual satu-satunya motor kesanyangannya, bahkan tak jarang ayah akan menjual tanah untuk biaya studi kami.

Saat itu  pemilik motor  meminta izin pada kami untuk  membawakan motor untuk terakhir kali sebelum kami bawa pergi, melihat raut wajahnya yang sendu karena harus berpisah dengan motor kesayangannya membuat hatiku terenyuh dan berpikir, mungkin beginilah posisi ayah saat itu, harus kehilangan sesuatu yang dicintai untuk membahagiakan orang-orang yang dicintainya.  Setelah membawa motor tersebut lelaki itu pun menyerahkan nya pada kami, sambil berucap terima kasih ia pun berlalu pergi, ia yang semula datang dengan membawa motor, akhirnya harus kembali pulang dengan mengunakan kendaraan umum. Semoga pengorbanannya untuk anak-anak kelah dapat menjadi ladang pahala. 

Kini saya dapat mengerti kenapa beberapa hari ini saya begitu susah menemukan motor hingga akhirnya dipertemukan dengan encik tersebut, ini adalah rancangan dari Allah untuk saya dan encik tersebut, kami dipertemukan dengan orang yang tepat. Ssaya membeli motor untuk transportasi dalam mencari ilmu begitu juga dengan encik tersebut menjual motor juga untuk  tujuan pendidikan . Saya dapat melihat betapa gembiranya dia ketika kami katakan bahwa kami memelukan motor untuk ke kampus karena biaya untuk mengunakan motor jauh lebih hemat dibandingkan kalau kami naik bus. Spontan beliau mengangguk, berulang kali beliau mengucapkan semoga sukses dan  tahniah karena kami berkesempatan belajar. Semoga pengorbanan encik tersebut akan selalu dikenang oleh anak-anaknya. Dan saya juga tidak akan pernah lupa setiap pengorbanan yang telah ayah dan ibu lakukan untuk saya.  Saya hari ini karena doa, tetesan keringat, usaha, dan pengorbanan  ayah dan ibu.