Begitu baca tema GA mbak Hana tentang SIM, saya
langsung tersenyum nyengir teringat suami yang sudah punya SIM tapi belum punya mobil. Alhasil itu SIM hanya
jadi penebal dompet. Padahal kalau kita lihat realita sekarang justru sebaliknya
banyak orang yang punya mobil, malah mengemudi tanpa SIM. Kalau di pikir
kasihan juga itu SIM sudah mau expired tidak pernah digunakan, gimana mau
digunakan mobil aja nggak ada, yang lebih parahnya lagi mengemudi aja kagak
bisa. Maklum kami selama dirantau selalu kemana-mana naik motor, biar bisa mesra
dan nggak macet dijalan, lagian kalau naik motor bisa meluk mesra saat boncengan dan
yang enaknya bisa menyelinap disela-sela mobil kalau macet ( hehehhehe, alasan
ya, padahal kagak ada modal beli mobil, iya sich udah lama juga pingin punya
mobil, buktinya udah ada SIM, mobilnya belakangan, maklum modal baru cukup
untuk SIM doang). Semua pasti pingin punya mobil, selain bisa jalan-jalan dengan aman
tanpa kena hujan dan panas, juga bisa tiduran kalau perjalanan jauh, hmmmm jadi
ketahuan kebiasaan saya yang suka tidur
kalau menempuh perjalanan jauh.
Waktu itu tepatnya saat balik ke Aceh, suami
berencana mau beli mobil, alasan suami pingin beli mobil karena kami sering
mudik dari Banda Aceh ke Lhokseumawe dengan motor, Nah suami khawatir lihat
saya yang suka ketiduran di belakang motor, gimana nggak tiduran udah perjalanan
jauh melewati pergunungan, anginnya itu juga suka merayu mata saya agar tetap
terpejam (untuk kebiasaan saya yang satu ini jangan ditiru ya, berbahaya). Saat
itu saya kasih usul sama suami sebaiknya sebelum beli mobil, belajar dulu mobil
sekalian buat SIM, suami nurut saja saran saya, dengan pertimbangan kalau duluan beli mobil tanpa
bisa mengemudi dan tidak ada SIM, itu mobil bakalan jadi hiasan bagasi.
Mulai saat itu setiap selesai shalat subuh suami
saya rutin belajar mengemudi dengan kakak dan abang ipar saya. Allhamdulillah
dengan kegigihannya, suami sudah bisa
mengemudi, walau hari pertama belajar tiang listrik dan mobil kakak jadi
korban. Setelah suami belajar mengemudi, kami pun membuat SIM. Ternyata buat
SIM sangat mudah dan cepat jika semua persyaratan terpenuhi, hanya dalam masa
sehari SIM langsung siap. Semua rencana berjalan mulus, tinggal beli mobil
yang di nanti.
Saat kami sudah persiapkan semua modal
untuk beli mobil, tiba-tiba ada tawaran untuk melanjutkan studi. Setelah
diskusi panjang lebar dengan suami, akhirnya keputusan untuk melanjutkan studi
jadi pilihan saat itu, modal untuk beli mobil pun beralih untuk biaya kuliah,
sisanya kami beli motor yang murah sebagai transportasi selama studi di Malaysia.
Akhirnya kami tetap naik motor selama di Malaysia dan SIM suami masih menjadi hiasan dompet, namun sejak merantau ke Jerman malah dua SIM yang menjadi hiasan dompet. Hidup memang selalu dihadapkan pada pilihan, setiap pilihan menentukan masa depan. Pilihan yang bijak dan arif sangat diperlukan agar tiada kata menyesal diakhir. Saat itu kami sudah berusaha membuat pilihan yang bijak, mudah-mudah pilihan kami merupakan pilihan yang tepat, Insyaallah. Kami memilih untuk kuliah, biarlah SIM jadi hiasan dompet, semoga suatu saat nanti impian punya mobil tercapai. Amin.