Coretan pena

Jumat, 26 Juli 2013

Ramadhan ke 31 di Deutschland



                                                                                     Oleh : Lisa Tjut Ali


Allhamdulillah  Allah masih memberi  umur panjang dan kesehatan untuk melaksanakan Ramadhan yang ke 31 dalam hidup saya. Jika  saat pertama belajar berpuasa saya masih bisa merasakan kebersamaan berbuka dengan keluarga di tanah rencong. Kini saya malah dapat merasakan suasana Ramadhan yang berbeda di perantauan. Sebenarnya ini bukan yang pertama bagi saya  berpuasa di rantau, malah lima tahun yang lalu saya dan suami sudah hidup merantau di Kuala lumpur. Berpuasa di Kuala lumpur tidak jauh berbeda dengan suasana berpuasa di Aceh, selain tidak terlalu berbeda dari segi perubahan waktu, penduduknya juga mayoritas  muslim, sehingga kemeriahan bulan Ramadhan begitu terasa, surau-surau hidup dengan tarawih, ceramah dan tadarus, buka puasa bersama selalu di adakan di mesjid-mesjid, juadah-juadah berbuka pun tersedia di sepanjang jalan, sehingga saya tidak merasa hidup dalam perantauan, apalagi saya juga di kelilingi oleh jiran-jiran yang juga orang Indonesia.  

Ramdahan kali ini sangat berbeda dan spesial pengalamannya buat saya. Kenapa saya katakan spesial? Ramadhan kali ini saya benar-benar di uji kesabaran dan perjuangan berlipat ganda. Saya yang sudah terbiasa Ramadhan di negara tropis yang memiliki waktu yang tetap, bulan puasa selalu termanja oleh juadah  khas tanah rencong, suara beduk dan azan selalu menjadi pengingat waktu sahur dan berbuka, namun kini saya harus mencoba pengalaman baru berpuasa di negara empat musim, yang waktu selalu berubah ikut pergantian musim. Musim dingin  malamnya  sangat  lama, baru pukul 4 sore sudah magrib. Sebaliknya pada musim panas malamnya sangat singkat sementara siangnya sangat lama,  hampir  pukul 10 malam masih terang. 

Di Deutschland Ramadhan 2013 jatuh pada musim panas itu bertanda puasa kali ini merupakan puasa panjang yaitu antara 18-19 jam.  Imsakiyah di Duisburg, sahur jam  03.06 malam dan buka puasa jam 09.49 malam lalu  tarawih jam 11.57 malam. Singkatnya jarak antara waktu berbuka dengan sahur, membuat kami sering kali tidak bersahur lagi, bukan karena tidak masak namun kami masih kekenyangan. Selama disini untuk menu sahur dan berbuka saya pun masak sendiri setiap hari, tentu saja makanan ala Eropa, karena bahan baku yang tersedia hanya bahan-bahan makanan Eropa, ada juga kedai Asia, selain mahal juga tidak tersedia  rempah Aceh secara lengkap, jadi pilihan praktis tentu saja buat spagetti dan pizza, terutama bagi yang sudah habis stok asam sunti, kemamah, plik u  yang pernah di bawa dari tanah rencong

Di Mesjid-mesjid Turki seperti Mesjid Ali, Mesjid Hamzah Mulheim, Mesjid Merkez Duiburg biasanya ada mengadakan buka puasa bersama. Mengingat Jarak antara rumah dan mesjid pun sangat jauh, saya dan suami memilih untuk tarawih berjamaah di rumah, selain takut faktor keamanan di jalan, juga sangat susah transportasi dari rumah ke mesjid saat tengah malam. Lagipula kalau tarawih di mejid takut tidak sempat sahur di rumah.  Banyak  juga teman-teman di sini memilih untuk menjamak shalat Magrib dan Isya lalu menyambungnya dengan shalat tarawih, hal itu dilakukan agar  tidak mengantuk dan memiliki jadwal tidur malam yang cukup. Saya dan suami lebih memilih melaksanakan shalat sesuai dengan waktunya,   agar  tidak gantuk  dan memiliki  jam tidur yang cukup, maka kami memakai metode tidur potong-potong  yaitu begitu selesai buka puasa dan shalat magrib kami langsung tidur  jam 11 sampai dengan jam 1,  lalu bangun shalat tarawih dan sahur,  baru tidur lagi setelah jam 3 lewat setelah shalat subuh. Nah tadarrus kami lakukan pada pagi hari atau saat shalat zuhur. Dengan meteode seperti ini Insyaallah saya dapat beribadah tepat waktu dan tidur malam tetap terjaga meski hanya beberapa jam. Berpuasa di Jerman jangankan terdengar suara beduk atau serune, suara azan pun tak ada, sebagai pengingat agar tidak ketelatan bangun sahur, kami membuat alarm di handphone.

Allhamdulillah muslim disini  sangat kompak. Mereka sangat semangat dan sabar dalam menjalankan ibadah, walau tidak banyak mesjid dan letaknya jauh-jauh, tidak menyurutkan  semangat mereka untuk beribadah,  jalanan, bawah tangga, pustaka, halaman yang berumput, bahkan beralaskan  koran pun jadi tempat shalat. Subhanallah saya begitu terharu melihat kekompakkan dan semangat muslim disini. 

Saya pribadi sangat merasa betapa besar sekali kuasa Allah, memberi kekuatan dan kesehatan walau musim panas, hanya makan sekali sehari, tidak cukup tidur malam namun stamina tetap fit dan ibadah puasa, tarawih dan tadarrus dapat saya lakukan sempurna seperti di tanah rencong.  Pengalaman  ini menjadi spesial bagi hidup saya, selain di uji oleh puasa panjang saya juga di uji harus menjaga suami yang dirawat seminggu di rumah sakit.  Ramadhan musim panas ini menjadi Ramadhan terindah setelah Ramadhan pertama dalam hidup saya. 

Saya begitu yakin, kekuatan dan semangat itu bermula dari hati. Keyakinan dan keteguhan iman yang membuat segalanya terasa indah untuk di jalani, ketika banyak orang yang pesimis merasa tidak mampu melalui puasa 19-20 jam, takut bermasalah dengan tidur, takut kekurangan air, takut berdampak pada kesehatan.  Insyaallah,  saya mencoba menjalani ketetapan Allah,  tetap yakin apa yang jadi ketetapan Allah adalah yang terbaik, karena Allah tidak akan menguji sesuatu  di luar kemampuan seorang hamba. Dan yang pasti setiap cobaan dari Allah adalah untuk menguji tingkat keimanan dan ketakwaan hambanya, seberapa mereka mampu bertahan dan sabar hingga sebuah surga menjadi janji bagi yang mampu bertahan.  Insyaallah Ramadhan kali ini kita dapat mengapai Cinta-NYA dengan khusyuk dan ikhlas. Semoga puasa dan segala amal ibadah kita di terima oleh Allah SWT, Amin.





(* Catatan dan renungan





Senin, 15 Juli 2013

Catatan Turki : Memburu wisata popular di Istanbul

                                                                                                      Oleh : Lisa Tjut Ali



Ada beberapa objek wisata yang sangat popular yang selalu menjadi incaran para pengunjung bila ke Istanbul, diantaranya Blue Mosque, Hagia Sophia, Hippodrome, Topkapi palace, Bosporus Cruise, Taksim squre, Grand Bazaar, spice Bazaar, Dolmabahce palace, Kabatas dan Harem. Rasanya belum lengkap kalau ke Istanbul tidak dapat mengunjungi objek wisata tersebut.

Blue Mosque
Mesjid Sultan Ahmed ( Sultanahmet Camii) atau di kenal dengan Mesjid biru merupakan salah satu mesjid yang sangat popular di Istanbul. Mesjid ini di bangun pada tahun 1609-1616 masa pemerintahan Sultan Ahmed 1 ( sultan Ahmed 1 adalah sultan Turki Ustmani yang memerintah dari tahun 1603-1617). Mesjid ini selain sebagai tempat ibadah ummat Islam, juga di buka bebas bagi para wisatawan non muslim yang ingin berkunjung untuk melihat keindahan interior mesjid.

Mesjid-mesjid di Istanbul umumnya mempunyai peraturan tertentu saat masuk ke mesjid, seperti dalam meletakkan sepatu, pengunjung di haruskan untuk melepaskan sepatu dan memasukannya ke dalam kantong plastik yang telah tersedia di pintu utama., lalu sepatu yang telah diberi plastik dapat dibawa masuk ke dalam dan diletakkan dalam rak sepatu yang telah disediakan dalam mesjid.


Tempat plastik untuk sepatu disalah satu mesjid di Istanbul

Biasanya di Mesjid pengunjung yang ingin memberi sumbangan (sedekah) dapat memberikannya pada petugas yang ada di pintu utama, setiap sumbangan akan diberi tanda terima (resit) sesuai dengan jumlah sumbangan.

Dimana alamat mesjid ini?
Mesjid ini beralamat di At Meydanı  No:7, 34122 Fatih, İstanbul, Turki. Tepatnya di kawasan area Sultanahmed. Berhadapan dengan Hagia Sophia dan berdampingan dengan Hypodrome

Bagaimana cara ke Mesjid ini?
Untuk pergi ke lokasi ini, pengunjung yang memilih penginapan di area Sirkeci, Old city, sultanahmet dan beyazit, dapat menuju ke lokasi mesjid dengan cara berjalan kaki sekitar 5-15 menit, selain dapat menghemat biaya transportasi juga dapat menikmati suasana kota dan pertokoan di Istanbul. Namun bagi yang ingin naik transportasi, dapat naik tram dijalur biru tua (TI) dan turun di halte sultanahmed, dari halte akan terlihat mesjid biru ini. Bagi pengunjung yang melalui Bandara Attaturk, dapat menuju ke lokasi Sultanahmed dengan mengunakan taxi, kalau ingin irit biaya dapat mengunakan transportasi umum.

Cara naik transportasi umum dari bandara Attaturk ke Sultanahmet
Pengunjung dari atttaturk Airport naik metro  dan turun di halte Zeytinburnu. Dari Zeytinburnu berganti naik Tram jurusan Kabatas ( tram yang arah dari Bagcilar ke Kabatas)  dan turun di halte Sultanahmet.


Hagia Sophia
Hagia Sophia merupakan bekas gereja yang kemudian di ubah menjadi mesjid dan sekarang menjadi museum Hagia Sophia. Berdasarkan sumber dari wikipedia, ketika konstantinopel di taklukkan Sultan Mehmed 11, beliau turun dari kudanya dan bersujud syukur kepada Allah, lalu pergi ke gereja Hagia Sophia dan memerintahkan untuk mengubahnya menjadi mesjid yang di kenal dengan Aya sofia. Jumatnya langsung diubah menjadi mesjid untuk shalat jumat. Berbagai modifikasi dilakukan agar sesuai dengan nuansa mesjid. Pada masa Mehmed 11 dibuat menara dibagian selatan dan pada masa selim 11 membangun lagi 2 menara dan mengubah bagian bangunan yang bercirikan gereja dengan menganti tanda salib yang terpampang pada puncak kubah dengan hiasan bulan sabit. Selama hampir 500 tahun Hagia Sofia berfunsi sebagai mesjid, patung-patung, salib dan lukisannya dicopot dan ditutupi cat. Namun tahun 1937, mustafa kemal ataturk mengubah hagia sophia menjadi museum. Beberapa bagian dinding dan langit-langit di kerok dari cat-cat kaligrafi hingga di temukan kembali lukisan-lukisan sakral kristen. Sejak saat itu gereja hagia sophia dijadikan salah satu objek wisata terkenal oleh pemerintah turki di Istanbul. 


Dimana alamat Haghia sophia?
Haghia sophia beralamat di Ayasofya meydani, sultanahmed fatih, karena berdekatan dengan mesjid biru maka cara kesana juga sama seperti ke mesjid tersebut.



Setiap tempat bagus dijadikan objek kamera


Topkapi palace
Topkapi palace merupakan bekas istana tempat kediaman sultan utsmaniyah yang sekarang menjadi salah satu museum populer di Istanbul. Museum yang di lengkapi dengan berbagai barang-barang peninggalan dunia islam seperti pedang dan jubah Nabi Muhammad SAW. Museum ini juga telah ditetapkan sebagai salah satu situs warisan dunia UNESCO. Topkapi palace ini beralamat di Gulhane park, near sultahnahmet square, Istanbul. Masih di area sultanahmed juga.


Pintu masuk Topkapi Palace



Dolmabahce palace
Dolmabahce palace merupakan bekas rumah bagi enam sultan pada tahun 1856, sampai penghapusan kekhalifahan tahun 1924. Berdasarkan Mr. Wikipedia sultan terakhir yang tinggal di sana adalah khalifah Abdulmecid effendi. Akhirnya berdasarkan undang-undang tanggal 3 maret 1924 mengalihkan kepemilikan istana untuk warisan nasional Republik Turki. Istana ini menjadi museum yang popular berisi berbagai macam fasilitas peninggalan para sultan dahulu termasuk tempat tidur terakhir yang digunakan attaturk. Istana ini terdiri dari tiga bagian yaitu mabeyn-I humayun ( di peruntukkan untuk laki-laki), muayede salonu (ruang upacara) dan harem-I humayun ( harem, apartemen perumahan keluarga dari sultan). Istana ini memiliki luas 45.000 m2 (11,2 hektar) dan berisi 285 kamar, 46 ruangan, 6 mandi (hamam) dan 68 toilet.


Dolmabahce palace yang sangat megah


Bosphorus
Bosphorus adalah sebuah selat yang memisahkan Turki bagian eropa dan bagian asia, selat ini juga menghubungkan anata laut marmara dengan laut hitam. 

Dengan mengunakan bosphorus cruises pengunjung dapat mengelilingi perairan Turki bagian eropa dan bagian asia, pengunjung juga dapat ke Kabatas dan Harem mengunakan Bosphorus cruises ini. Ada tersedia banyak jenis Bosphorus cruises tentunya dengan harga yang bervariasi, untuk jenis tour keliling perairan Turki bagian eropa dan bagian asia biasanya dengan tarif sekitar 10-30 lira perorang tergantung fasilitas yang disediakan, namun kalau hanya ingin ke Kabatas, Harem dan Uskudar dengan mengunkanan transpostasi air, cukup membayar dengan token atau tiket seharga 3 lira untuk satu tujuan.


 
Bosphorus Cruises


Hippodrome
Hippodrome artinya tempat pacuan kuda. Hippodrome yang terdapat di Turki merupakan bekas tempat pacuan kuda yang dibangun oleh kaisar romawi pada masa kekaisaran byzntium. Namun sekarang yang tersisa hanya beberapa tugu monumen saja salah satunya obelisk mesir.



Di hippodrome depan obelisk mesir


Grand bazaar
Grand bazaar merupakan bazaar yang menjual segala macam produk barang Made in Turki seperti pakaian, souvenir, permadani buatan tangan, dll. Jadi kalau mau shopping murah meriah maka bazaar inilah tempat yang tepat, namun tetap waspada juga dalam tawar menawar, jika pandai menawar kita bisa mendapatkan harga yang lebih murah atau sebaliknya.




Area berbukit di Grand Bazaar



Spice bazaar
Spice bazaar merupakan bazaar yang khusus menjual makanan dan rempah-rempah turki, jika ingin menikmati kopi khas Turki, di bazaar inilah kita dapat membeli langsung di kedai pengolahannya.


Spice Bazaar


Objek-objek wisata yang jadi  bidikan saya dan suami saat di turki, potret-potret disini hanya mengunakan kamera handphone dan handycam biasa, makanya hasilnya banyak yang blur alias kurang cerah dan menarik, huhuhuhu kepingin juga punya kamera yang besar seperti teropong sehingga hasilnya mengugah selera.

 


Rumah-rumah diatas bukit di Istanbul




Suasana kota Harem





Lihat juga tentang   :    Mengembara  ke negeri Istanbul   ( ^ _^ )














Jumat, 12 Juli 2013

Ungkapan cinta seorang anak



Ketika jauh dari mu, rindu ini semakin menyesakkan dada. Setelah lama bertata di hati, menuangkannya dalam lembaran kertas, menulis rapi di laptop, upload di kompasiana, facebook, blog, lalu meremovenya kembali, berharap dapat memendam rindu hingga tiba masa perjumpaan. Ternyata rindu itu tetap saja ada, rindu seorang anak pada orang tuanya, setelah sekian lama jarak dan waktu memisahkan. Hari ini, di Ramadhan tahun ini, ungkapan cinta ini tetap sama seperti tahun-tahun yang lalu, saat saya masih merenggek untuk sebuah boneka dan sekarang  sudah dapat berlari mengapai cita,  rindu itu tak pernah berubah, rindu itu tak pernah usang di makan waktu, terima kasih ayah, terima kasih ibu, inilah ungkapan cinta yang pernah saya tulis dahulu dan tetap ada hingga sekarang, esok, nanti dan tahun-tahun yang akan datang. Biarkan dunia tahu bahwa sejak dalam kandungan hingga sekarang, sosok mu selalu ada untuk saya, doa mu mengiringi setiap perjalanan.

Walau kini sudah menjelang Ramadhan ke 31 dalam hidup saya, namun bagi mu saya tetap si kecil yang manis, si kecil yang tak bisa tidur tanpa ada cahaya, si kecil yang masih susah bila di bangunkan sahur, si kecil yang masih berselera jika disajikan kuah plik u dan ikan asin, si kecil yang lupa makan bila menulis, si kecil yang suka lupa waktu bila bermain. Dari kakak saya dapat tahu, yang memedam rindu itu bukan saja saya. Ketika saya melepaskan rindu dengan membaca puisi lama, ternyata ayah-ibu disana juga melepaskan rindu dengan membuka album lama keluarga, berisi potret manja masa kecil anak mu, yang tetap terjaga utuh walau pernah tenggelam dalam amukan tsunami. Kasih sayang mu ibu, cinta kasih mu ayah, membuat mu lupa, bahwa anakmu yang kecil kini sudah menyambut Ramadhan ke 31. Namun tahu kah ibu, Ramadhan  yang terindah adalah saat Ramadhan pertama disisi mu, saat anak mu baru belajar berpuasa pertama dalam hidupnya. Dan tahu kah ayah, bahwa Ramadhan yang tak terlupakan adalah saat anak mu baru belajar puasa pertama, mendapat hidangan buka puasa spesial dari mu. Terima kasih telah mengajarkan anakmu berpuasa pertama saat itu, terima kasih telah membangunkan sahur saat itu. Allhamdulillah, saya punya orang tua dan keluarga yang terbaik. 


                                                                           *  Duisburg-Jerman, 12 Juli 2013 
                                                                               Ketika Ananda harus Ramadhan tanpa mu



Ungkapan cinta seorang anak



Ibu......
Dapat kulihat jelas keletihan dan kelelahan di wajahmu yang tak lagi muda                                  kerutan-kerutan  keriput tua tampak disana
namun kau tetap tegar dalam menuntun kami anak mu
kuingat seraut wajah tulus dan jemari telaten mu
saat menimangku dengan penuh senyum keibuan
                     
Ayah.......
Begitu banyak tenaga dan  cucuran peluh keringat mu yang tercurah
dalam mengharungi kehidupan
untuk mencari sesuap nasi untuk aku anak mu
dan masih terukir jelas dalam ingatan ku
seraut wajah tegas mu saat mendidik ku

Ibu.......Ayah........
setiap jerih payah dan keletihan mu
setiap doa dan nasehat yang termunajad dari bibir mu
mengandung makna dan harapan
engkau ingin melihat anak mu mengapai impian dan cita

Ibu.......Ayah.........
kini anak mu yang dulu masih balita  telah tumbuh menjadi dewasa
anak mu yang dulu merangkah tertatih untuk belajar jalan
kini telah dapat berlari mengapai cita
anak mu yang dulu merengek untuk sebuah boneka dan baju baru
kini telah dapat meraih melati putih dan menyemat pita emas pendidikan

Ibu.........Ayah.........
tiada arti bagi ku baju toga dan pita hijau
jika tanpa doa dan nasehat mu
tanpa restu mu aku seperti ilalang yang layu
tanpa kasih mu aku seperti sampah ditiup angin yang tiada arah dan tujuan

Ibu........Ayah.......
engkau seperti pelita
yang menerangi jalan ku  saat teraba-raba dalam kegelapan
engkau selalu tersenyum bangga melihat ku
meski waktu telah merampas usia muda mu
yang telah terlewati dengan membesarkan kami anak-anak mu
kini yang tersisa dari mu hanya seraut wajah keriput, rambut yang memutih dan
kaki yang melangkah pelan
tapi aku bangga sebagai anak mu
senyum mu tetap menjadi semangat untuk ku hingga akhir nanti.


                                                                       *  (Peluk rindu dari Ananda Lisa Tjut Ali)
                                                                            Kuala Lumpur, 13 November 2009
                                                                            Ketika ananda harus merantau