Oleh : Lisa Tjut Ali
Awalnya Sungguh seperti mimpi rasanya dapat menginjakkan
kaki di negeri jerman, walau sejak kecil
pernah berkhayal untuk dapat berkunjung ke tempat BJ Habibie menuntut ilmu. Kini
tampa terasa khayalan itu menjadi kenyataan. Hampir sebulan saya tinggal
diduisburg. Duisburg adalah
sebuah kota di jerman yang terletak di negara bagian Nordrhein Westfalen,
tepatnya di daerah Ruhr. Saya kejerman dalam rangka menemani suami Teuku edisah
Putra, dosen Fakultas teknih mesin Universitas Syiah Kuala yang sedang ikut
program S3 Dual-Degree Kerja Sama Universitat Duisburg-Essen dengan Universiti
Kebangsaan Malaysia.
Meski sebelumnya sudah punya pengalaman merantau selama 5
tahun dimalaysia, namun tetap tidak mudah untuk beradaptasi dengan lingkungan
yang baru di jerman. saat tinggal dimalaysia saya dapat dengan mudah
menyesuaikan diri dengan budaya dan makanannya, karena makanan malaysia hampir
memiliki cita rasa yang sama dengan masakan Indonesia terutama masakan aceh.
Namun sangat bertolak belakang dengan makanan khas eropa. hal ini telah saya
sadari dari awal keberangkatan sehingga sebelum berangkat jauh –jauh hari saya
telah mempersiapkan stok-stok makanan khas aceh seperti asan sunti, kerupuk
meulinjo, cabe halus, kunyit, ikan asin,
dll rempah khas aceh. Bahkan hampir 46
kg bagasi dipenuhi dengan stok makanan dan persiapan baju musim dingin.
Jika saat tinggal di
malaysia sangat mudah mencari menu makanan halal namun tidak dengan kondisi
pasar di jerman. Di jerman sangatlah susah membedakan makanan halal dan haram.
Karena itu dalam membeli makanan kita harus selektif dalam melihat komposisi
bahan yang digunakan yang biasanaya tercantum dalam kemasan makanan. Saya
sangat bersyukur lingkungan rumah saya banyak terdapat toko-toko turki sehingga
dapat mempermudah saya dalam membeli
produk-produk makanan dan daging halal,
biasanya toko turki selalu mencantumkan sertifikat halal pada daging yang di
jual.
Dalam keseharian
menemani suami dirantau orang aktivitas saya tentu saja sebagai ibu rumah tangga, namun
disela-sela kekosongan waktu saya
mamfaatkan dengan membaca di perpustakaan Universitat
Duisburg-essen. Banyak koleksi buku yang dapat dijadikan sebagai
referensi. Karena saya hobby menulis
cerpen, artikel dan puisi, sebuah ruangan lantai bawah disamping di
perpustakaan menjadi tempat mangkal rutin harian saya untuk mengetik dan
melayari internet .
Biasanya setelah mengemas rumah, pagi-pagi sekali saya dan
suami akan berangkat kekampus dengan mengunakan bus, jarak tempuh antara kampus
dengan rumah yang berlokasi di Grunewald strase dalam waktu 20 menit, karana itu saya dan suami
selalu membawa bekal nasi untuk makan
siang hari agar dapat menghemat waktu sekaligus
untuk menghemat uang. Jika suami turun di fakulti teknih di stasion Uni nord /
lotharstrase maka saya akan turun di perpustakaan di stasion universitat yang jarak antara
kedua lokasi tersebut hanya 5 menit jalan kaki. Pada saat jadwal shalat zuhur
suami akan menyusul saya pula
keperpustakaan karena disana terdapat sebuah mushalla kecil diruang
bawah tanah dan disana pula kami akan makan siang bersama. Setelah selanjutnya
kembali melakukan aktivitas masing-masing yaitu suami kembali sibuk dengan
jadwal kampus dan saya kembali tenggelam dalam naskah-naskah cerpen yang sedang
saya ketik.
Allhamdulillah di Muat lagi, Semoga berrmanfaat untuk pembaca |
Satu hal yang tak
terlupakan dalam ingatan, ketika saya sedang asyik mengetik di sebuah ruangan
perpustakaan Universitat duissbur-essen, saya dikejutkan oleh kehadiran seorang
gadis cantik, dengan kulit putih bersih kemerahan, sekilas terlihat seperti
gadis jerman. Dengan mengunakan bahasa jerman yang kental Gadis itu meminta
izin mengunakan laptop saya selama 5 menit,
karena ia tak bawa laptop dan hpnya tak dapat online internet. Meski
dengan modal bahasa jerman yang pas-pasan, saya dapat mengerti maksud pembicaraannya tersebut. Dari
raut wajahnya saya dapat yakin bahwa niatnya baik, lagipula ini masih dalam
lingkungan kampus sehingga tak ada yang perlu saya risaukan. Saya biarkan saja
ia duduk dikursi samping saya sambil mengutak-atik laptop milik saya. Namun
satu yang tak saya pahami, diantara ramai orang disana kenapa laptop saya yang
dipinjam, saya perhatikan tangan
letiknya yang mulai mengetik sebuah alamat web,
saya perhatikan wajahnya yang begitu teduh, gadis tampa tudung itu
begitu bersahaja, sekilas lalu saya lirik alamat google yang dicarinya karena
penasaran, ternyata dia sedang mencari jadwal shalat dan arah kiblat di
duissburg yang terdapat dalam web http://www.namazvakitleri.org/Duisburg-Gebetszeiten.
Subhannallah ternyata gadis ini beragama islam dan dia begitu tepat waktu dalam
menjaga shalatnya meski diantara kesibukkan aktifitas kampus, sedikitpun ia tak
terpengaruh dengan bebasnya kehidupan eropa. kini baru saya pahami kenapa ia
memilih mengunakan laptop saya. Karena
dalam ruangan saat itu hanya saya satu-satunya wanita yang bertudung, sehingga
dia yakin kalau saya beragama islam. pertemuan singkat itu begitu teruja, kami
begitu jadi sangat akrab seperti dua saudara yang kembali bertemu setelah
berpisah lama. Iya saudara seislam pikir saya saat itu. dari perkenalan singkat
itu saya dapat tahu gadis berhidung mancung dan berambut panjang keemasan itu
bernama “Amal” dan berasal dari maroko.
Setelah melihat jadwal shalat gadis itupun segera pamit pada saya untuk
bergegas menuju kesebuah mushalla kecil tempat biasa saya dan suami shalat bila
sedang berada dikampus. Gadis ini memang sangat bersahaja. Saat itu saya
berpikir mungkin tak susah untuk bertemu
gadis itu lagi, saat jadwal shalat mungkin dia akan selalu ada disebuah ruangan
kecil bawah tanah yang ada di pustaka.
Pertemuan sesaat dengan
gadis maroko ini memberikan pelajaran terdalam untuk saya agar senantiasa shalat tepat waktu meski
dalam keadaan sesibuk apapun. Tiada aktivitas yang lebih berarti selain menjaga
ketepatan waktu shalat. Jika kita sering merasa takut bila lewat waktu semenit
saja jika dipanggil atasan, lalu kenapa kita tidak merasa takut bila semenit
saja terlewati perjumpaan dengan yang Maha kuasa. Saya sangat teruja melihat akhlak gadis
maroko ini yang tetap terjaga dan santun meski berada dalam bebasnya kehidupan
eropa. Dan saya juga yakin diluar sana masih banyak gadis muslimah lainnya
terutama gadis-gadis aceh yang tetap
terjaga akhlaknya meski diberi kesempatan untuk menuntut ilmu dinegeri eropa.
Semoga pertemuan saya hari ini dengan gadis maroko menjadi awal untuk kami agar
dapat terus bersahabat dan saling mengingatkan dalam beribadah pada Allah SWT.
Duisburg, November 2012
NB :
cerita ini telah di publikasi di Media Massa Serambi Indonesia edisi senin 12 November 2012
Duisburg, November 2012
NB :
cerita ini telah di publikasi di Media Massa Serambi Indonesia edisi senin 12 November 2012
di kampus di sana sudah ada mushola ya Mbak? subhanallah :)
BalasHapusIya ada mushalla kecil dibawah tanah, hehehe
Hapustidak ada yang tidka mungkin ya semua karena Allah. bersyukur banget berkesmpatan kesana ya, aku belum pernah :)
BalasHapusAllhamdulillah saya diberi kesempatan untu merasakan kehidupan negara lain. terima kasih karena telah mampir blog lisa
HapusWah Kak Lisa beruntung sekali ya bisa tinggal dan menikmati kegiatan beraktifitas di perpustakaan sana.. Pasti adem, tenang dan memberi banyak inspirasi untuk menulis.
BalasHapusTerharu membaca tulisanmu ini kak... benar sekali, bertemu teman seiman, tak peduli darimana dia berasal, langsung mampu mendekatkan ya kak... trims sharingnya. :)
Sekarang masih di Germany kah?
Allhamdulillah saya dapat merasakan kehidupan Di jerman, selain dapat menamnbah ilmu juga dapat bertambah silahturrahmi. iya skrg saya masih di jerman. terima kasih telah berkunjung ke blog.
Hapuswah, pengalaman nomaden nya banyak bgt y mbak.. :D,
BalasHapussalam kenal ya... :)
salam kenal juga. makasih kunjungannya, hehehe..........:)
HapusCerita mba tentang Jerman bikin teringat lagi pelajaran Bahasa Jerman di SMA dulu. wie gehen sie? (bener gak sih? dah lupa nih mba.., hehe)
BalasHapusaufwidersein
*lupalupalupalupalupalagikuncinya*
buka google translate lagi klo lup.......:D)
Hapusmakasih ya sudah mampir
Salam knel Mba.
BalasHapusPengalaman yang mengasyikan, dan jarang orang dapat berkesempatan untuk merasakan seperti Mba Lisa. Terutama selalu terjaga dan dipertemukan dengan saudara seiman dinegeri orang.
Sukses selalu
Salam Wisata
salam kenal juga, terima kasih krn sudah mampir.
HapusAllhamdulillah, inilah salah satu anugrah dari Allah untuk saya, semoga saya selalu di lindungi di jalan-NYA