Oleh : Lisa Tjut Ali
Beberapa hari yang lalu saat saya naik
Bahn (sebutan untuk kereta listrik atau tram di Jerman), di sisi kanan tempat duduk kami
terlihat seorang gadis cantik bersama dengan adik laki-lakinya yang
berumur sekitar 10 tahun. Awalnya
keberadaan mereka tidaklah menjadi perhatian untuk saya. Namun karena
adiknya yang lelaki suka sekali meniru setiap gerakan tangan dan
menatap lama kearah saya, membuat saya jadi salah tingkah.
Saat Saya melibatkan kedua tangan karena sejuk, adik lelakinya pun ikutan
melibat tangan, begitu Saya mengeserkan sedikit kaki keposisi yang lebih nyaman,
anak itupun ikutan menaikan kakinya.
Karena risih, Saya pun memalingkan wajah kearah jendela, saat itu saya
berpikir pemandangan di luar jauh lebih menarik, daripada memikirkan anak lelaki itu. terlalu usil Saya pikir tingkah
anak itu. tidak berapa lama kemudian, anak lelaki itu
tertawa sangat besar sambil meronta-ronta,
mulutnya bergetar-getar hingga keluar liur, si kakak yang cantik itu pun
mulai menenangkan adiknya, sambil mendengkap tubuh adiknya dengan penuh kasih
sayang, direbahkannya kepala si adik kesisi bahunya. Di usap-usapnya kepala si adik sambil
menasehatinya agar duduk manis. Untuk seketika si adik mulai duduk diam dan
bersandar dibahu si kakak sambil memejamkan mata, namun dalam beberapa
menit dia kembali tertawa lepas lagi
sambil loncat-loncat. Semua orang dalam kereta api itu sepertinya sudah
memahami hal ini, sepertinya mereka sudah mengenal dua adik kakak
tersebut. Saya pun sudah memahami hal
itu, ternyata adik lelakinya seorang “anak luar biasa“. Namun satu hal yang membuat saya teruja saat itu adalah
ketulusan dan kasih sayang sang kakak, yang begitu sabar memahami kondisi adiknya.
Gadis cantik itu tak pernah malu membawa jalan-jalan adiknya walau dalam
kondisi seperti itu. bahkan setelah hari itu, pernah beberapa kali dihari libur, Saya melihat mereka keluar bersama untuk berjalan-jalan. Saya dapat merasakan betapa nyamannya si adik
berada disisi sang kakak, hal itu terlihat saat anak lelaki itu berulang kali
mencium dan bersandar di bahu sang kakak.
Sungguh bertuahnya sang adik, meski dalam keadaan yang kurang normal
namun memiliki seorang kakak yang sangat perhatian dan tulus menyayangi dan
mencintainya. Ketulusan gadis cantik itu mengingatkan saya pada kedua kakak yang begitu sangat menyayangi saya. Saya juga sangat bersyukur memiliki dua orang kakak yang sangat baik. Walau keduanya mempunyai karakter yang berbeda,
namun saya tahu mereka sangat sayang pada saya, hanya saja cara menyayangi mereka yang
berbeda.
Ponakan saya yang imut |
Kakak yang pertama memiliki karakter
yang sangat tegas, jika kami adik beradik suka lalai dalam belajar, ia akan
sangat marah. Walau kadang ia terkesan sangat
tegas, namun ia seorang kakak yang
baik, ia tegas karena ingin adik-adiknya menjadi orang yang baik dan berhasil.
Bagi saya kakak yang pertama ibarat seorang guru yang berusaha mengayomi dan
mendidik adik-adik. Ia tidak suka
bercanda, namun selalu ada sebagai penasehat di kala kami adik-adiknya mengalami
masalah. Saya sangat tahu di balik ketegasannya ia mempunyai sejuta cinta untuk
kami.
Sedangkan kakak yang kedua seorang
yang periang dan ceria, ia seperti sahabat bagi saya, banyak hal konyol dan
menyenangkan kami lalui bersama. Kalau
kami berkumpul tak cukup waktu untuk
kami saling curhat. Dari didikkan kedua
kakak-kakak saya inilah terbentuk pribadi saya seperti sekarang ini. Saya sangat
bersyukur Allah anugrahkan saya kakak seperti mereka, dari keduanya saya
menemukan makna cinta dan kasih sayang seorang guru dan sahabat.
Terima
kasih kakak pertama, cinta di antara ketegasanmu
ibarat guru terbaik untuk kami adikmu
ibarat guru terbaik untuk kami adikmu
Terima
kasih kakak kedua, cinta di antara keceriaanmu
ibarat sahabat terbaik untuk kami adikmu
ibarat sahabat terbaik untuk kami adikmu
Allhamdulillah
Yaa Allah atas anugrah-Mu.
saya terharu bacanya,mengingtakan pada anak ke dua saya yang demikian istimewa. sejak dini saya mengajarkan saudara-saudaranya untuk menyayangi adiknya tulus, seperti saya dan ayahnya menyayanginya. Semoga anak-anak saya kelak, bisa seperti sang kakak di ka itu sejak kini sampai besar nantinya dalam memperlakukan adiknya ya mbak. Nice story, sungguh menginspirasi.
BalasHapusAmin, semoga anak-anak mbak dapat saling menyayangi hingga dewasa. makasih juga mbak Rebellina karena sudah mampir ke blog saya
Hapusbunda fotonya ??? :D
BalasHapusKenapa fotonya? cantik kan keponakan bunda
Hapus